Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Thailand Bangkit dan Menata Diri

Kompas.com - 28/12/2011, 15:33 WIB
Josephus Primus

Penulis

KOMPAS.com — Pertandingan sepak bola Liga Inggris pada Senin (26/12/2011) antara tuan rumah Chelsea versus Fulham di kandang Chelsea Stamford Bridge serta Manchester United melawan Wigan Athletic di markas Setan Merah Old Trafford memang menarik. Bukan lantaran hasil seri 1:1 ataupun 5:0 buat masing-masing tuan rumah.

Yang lebih menarik perhatian dalam kedua laga itu justru tayangan "iklan berlari" atau running text di sisi tengah pinggir lapangan. Justru di situ, terpampang tulisan bernapaskan semangat, Thailand Be Strong. Tulisan itu, seturut warta Bangkok Post, adalah ajakan agar Negeri Gajah Putih bangkit kembali dari empasan banjir bandang sejak setengah tahun silam. Inisiatif spirit itu datang dari Singha Corporation yang memang menjadi mitra kedua klub "bal-balan" raksasa tersebut.

Banjir bandang yang merendam  kawasan ibu kota Bangkok memang membuat pilu. Paling tidak, total kerugian limpahan air mahadahsyat itu mencapai 56 miliar dollar AS. Jumlah korban tewas menembus angka 500 orang.

Angka kerugian itu termasuk ongkos yang menjadi tanggungan Toyota Thailand yang sohor sebagai pemasok kendaraan terbesar untuk kawasan Asia Tenggara. Lantaran banjir, Toyota Thailand terpaksa menutup pabriknya, hampir sebulan lamanya, di Gateway, Ban Phon dan Samrong.

Angka itu pula termasuk kerugian sektor pariwisata. Menurut Gubernur Otoritas Pariwisata Thailand (TAT) Suraphon Svetasreni pariwisata, Thaliand merugi secara bertahap hingga 825 juta dollar AS.

Banjir, lagi-lagi, sempat membuat pemerintahan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra terguncang. Soalnya, prahara ini menjadi umpan empuk kelompok politisi berseberangan untuk meminta adik perempuan mantan Perdana Menteri (PM) Thaksin Shinawatra ini lengser dari jabatannya.

Namun, berbekal semangat, PM Yingluck justru memanfaatkan KTT ASEAN di Bali pada 16-17 November 2011 untuk memaparkan kepada sesama tetangga soal bencana banjir tersebut. Di situ, Pemerintah Thailand bahkan memberi jaminan kepada investor asing untuk tetap bisa menanamkan modal mereka.

Lepas dari itu, masih menurut media lokal Thailand, sampai dengan tutup tahun 2011, air bah pun mulai surut. Yang tertinggal saat ini adalah sisa-sisa lumpur, sampah, berikut genangan-genangan kecil. Tak cuma itu, kepungan air pun sudah makin meninggalkan kawasan Bandara Udara Suvarnabhumi, pelabuhan udara nomor satu yang menjadi ikon Negeri Siam ini.

Kini, secara perlahan tetapi pasti, Pemerintah Thailand beserta seluruh rakyatnya bangkit untuk membersihkan sisa-sisa banjir tersebut. Indusri di negeri itu pun kembali menggeliat. Alhasil, kebangkitan ekonomi Thailand adalah harapan mengawali tahun 2012 dengan wajah sumringah.

Maka, tantangan paling besar untuk negara tetangga Thailand, Indonesia, sedikit banyak, adalah kemampuan untuk sama-sama berpacu, berani keluar dari krisis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com