China, Rusia, Jepang Bahas Stabilitas Semenanjung Korea

BEIJING, KOMPAS.com - China melakukan perundingan dengan Jepang dan Rusia tentang pentingnya mempertahankan stabilitas di Semenanjung Korea setelah pemimpin Korea Utara, Kim Jong-Il, meninggal akhir pekan lalu, kata media pemerintah, Rabu (21/12/2011.

Menteri Luar Negeri China, Yang Jiechi, berbicara melalui telepon dengan Menlu Jepang, Koichiro Gemba, dan Menlu Rusia, Sergei Lavrov, Selasa, lapor kantor berita Xinhua. Yang mengemukakan kepada sejawat-sejawatnya bahwa "mempertahankan perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea merupakan kepentingan bersama semua pihak" dan China siap bekerja sama dengan tetangga-tetangganya untuk menjamin terwujudnya hal itu, kata Xinhua.

Rusia dan Jepang berjanji akan mempertahankan "komunikasi dan koordinasi yang erat dengan China," kata laporan tersebut. Diskusi itu dilakukan setelah percakapan telepon antara Yang dan Menlu AS, Hillary Clinton, dan Menlu Korsel, Kim Sung-Hwan.

Beijing, sekutu dekat Pyongyang, menyatakan dukungannya pada Kim Jong-Un, putra ketiga dan yang dipilih menjadi pengganti Kim Jong-Il, yang kematiannya diumumkan media pemerintah Korut, Senin. China mengharapkan akan meningkatkan dukungan bagi tetangganya yang memiliki senjata nuklir itu sementara berusaha menghindari  kemungkinan terjadi pergolakan kekuasaan di rezim komunis itu yang dapat membanjirnya dengan para pengungsi Korut di perbatasannya.

China, Korsel, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang merupakan bagian dari anggota perundingan nuklir enam negara, yang macet setelah Korut meninggalkan forum itu pada April 2009, sebulan sebelum negara itu melakukan uji coba nuklir keduanya.