Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Pantau Kabar Kematian Kim Jong-Il

Kompas.com - 19/12/2011, 13:22 WIB

WASHINGTON, KOMPAS.com -  Amerika Serikat, Minggu (18/12/2011) waktu setempat, "memantau" laporan tentang kematian pemimpin Korea Utara Kim Jong-Il. AS mengatakan, pihaknya berkomitmen atas stabilitas di Semenanjung Korea dan keamanan sekutu-sekutunya.

Kematian Kim, yang diumumkan media resmi Korea Utara, langsung menimbulkan krisis kebijakan luar negeri dan kecemasan bagi Washington dan sekutu-sekutunya, mengingat sejarah Pyongyang yang agresif dan persenjataan nuklirnya. "Kami terus memantau secara seksama laporan-laporan bahwa Kim Jong-Il sudah meninggal," kata juru bicara Gedung Putih, Jay Carney, dalam sebuah pernyataan yang sangat hati-hati. "Presiden (Barack Obama) telah diberitahu, dan kami berhubungan erat dengan sekutu kami di Korea Selatan dan Jepang. Kami tetap berkomitmen pada stabilitas di Semenanjung Korea, dan kebebasan serta keamanan sekutu-sekutu kami."

Seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS mengatakan, Menteri Luar Negeri Hillary Clinton juga diberitahu tentang kematian Kim pada Minggu larut malam waktu setempat. Para pejabat AS menolak untuk berkomentar lebih lanjut tentang repsponse AS atas kematian Kim atau implikasi geopolitis kematian itu.

Para pejabat AS sudah lama tahu bahwa Kim -yang memerintah secara kejam dan membelenggu rakyatnya sendiri dengan mengukultuskan dirinya - menderita sakit. AS juga tahu bahwa transisi sedang berlangsung di Pyongyang. Namun secara pribadi, mereka telah menyatakan keprihatinan tentang pengganti Kim yang telah dipilih, yaitu putra ketiganya yang bernama Kim Jong-Un. Para pejabat AS mengakui, pengetahuan mereka tentang penguasa berikutnya di negara Stalinis yang terisolasi itu sangat terbatas.

Kematian Kim terjadi saat Korea Utara dan Amerika Serikat tengah membuat upaya tentatif untuk memulai kembali perundingan enam negara yang terhenti soal program nuklir Korea Utara. Utusan nuklir Washington dan Pyongyang telah bertemu di New York pada Juli dan di Jenewa pada Oktober, tetapi dilaporkan tidak ada terobosan dalam dua pertemuan itu. Kantor berita Korea Selatan Yonhap mengatakan, pertemuan ketiga bisa saja terjadi segera.

Selama kontak terakhir, kedua belah pihak tampaknya mempersempit perbedaan pada isu-isu yang tertunda, termasuk langkah-langkah denuklirisasi Korea Utara dan kemungkinan pembukaan kembali bantuan pangan Washington ke Pyongyang, kata Yonhap. Korut keluar dari forum enam-pihak, yang melibatkan Amerika Serikat, China, kedua Korea, Jepang dan Rusia, pada April 2009, sebulan sebelum melakukan uji coba nuklir kedua.

Korea Utara ingin forum itu dilajutkan tanpa prasyarat dan mengatakan program pengayaan uraniumnya - yang pertama kali terungkapkan oleh pakar AS yang berkunjung ke sana setahun lalu - dapat didiskusikan pada pembicaraan itu. Namun Amerika Serikat mengatakan, Korea Utara pertama harus menunjukkan "keseriusan tujuan" menuju denuklirisasi dengan menutup program itu. Korut mengatakan, pihaknya telah membuat kemajuan pesat dalam memperkaya uranium dan membangun reaktor baru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com