Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Homs, Dikepung Mongolia dan Dijepit Tentara

Kompas.com - 15/12/2011, 07:51 WIB

KOTA Homs, terletak 162 kilometer di utara Damaskus, kini terkepung. Ini kembali mengingatkan saat kota itu dikepung pasukan Mongolia pada tahun 1299. Saat itu 120.000 personel pasukan Dinasti Mongolia mengepung kota yang dikuasai Dinasti Mamluk.

Kemudian terjadilah pertempuran besar di Wadi al-Khazandar yang dikenal dengan pertempuran Homs. Pasukan Mongolia mengalahkan pasukan Mamluk dan berakhir dengan pembantaian di Homs.

Sejarah seakan berulang. Kota berpenduduk sekitar 1,5 juta jiwa itu, dalam beberapa pekan terakhir, dikepung 10.000 anggota pasukan pemerintah. Di kota itu dibangun pula 60 pos pemeriksaan militer. Tank-tank militer sering kali menembakkan rudal secara membabi buta ke berbagai distrik di kota itu, khususnya Distrik Bani Amr.

Rezim Presiden Bashar al-Assad, seperti dikutip harian Asharq Al Awsat, memberi dua opsi kepada penduduk Homs, yaitu menyerahkan pasukan pemerintah yang membelot dan milisi bersenjata lain, atau akan dilakukan invasi militer besar-besaran. Sebaliknya, AS, Inggris, dan Perancis mengancam rezim Bashar al-Assad akan dampak serius jika militer Suriah melakukan invasi ke kota.

Anggota lembaga umum untuk revolusi Suriah, Hadi Abdul Hadi, seperti dikutip televisi satelit Alarabiya, mengungkapkan akan terjadi bencana kemanusiaan di kota Homs. Rezim Damaskus telah menghentikan suplai bensin, gas, dan obat-obatan ke kota Homs.

Sejumlah media massa Arab menyebut Homs merupakan wilayah perang karena terus terjadi kontak senjata antara pasukan pemerintah dan pasukan yang membelot di kota itu.

Kota Homs pun kini mengungguli dua kota Suriah lain yang juga dikenal sebagai kota perlawanan, yaitu kota Daraa di Suriah Selatan dan kota Hama di Suriah bagian tengah.

Rezim Bashar al-Assad rupanya berusaha dengan segala cara untuk membersihkan elemen- elemen masyarakat yang antirezim itu.

Suku-suku bersatu

Homs memiliki banyak nilai strategis. Homs merupakan kota terbesar ketiga setelah Damaskus dan Aleppo. Homs juga dikenal sebagai kota dengan warganya yang toleran. Warga Muslim Sunni dan Muslim Syiah Alawit serta kaum Kristiani hidup rukun. Homs dikenal pula sebagai basis gerakan nasionalis di Suriah. Akademi militer terbesar Suriah juga berada di kota itu.

Tokoh-tokoh militer Suriah berideologi nasionalis, termasuk mendiang Presiden Hafez al-Assad dan mantan Menteri Pertahanan Mustafa Tlas, adalah jebolan akademi militer dari kota itu. Homs juga dikenal sebagai kota industri dan tentunya sangat penting dari sisi ekonomi bagi rezim Bashar al-Assad.

Perlawanan kota Homs terhadap rezim Bashar al-Assad dianggap menunjukkan perlawanan segenap rakyat Suriah dengan segala latar belakang agama, mazhab, dan ideologinya.

Kini sering terjadi aksi unjuk rasa besar-besaran di kota Homs. Hal itu menjadi pukulan telak bagi rezim Bashar.

Rezim Damaskus itu menjadi sulit memberi alasan bahwa gerakan revolusi Suriah berbau sektarian walau revolusi digalang oleh Ikhwanul Muslimin yang beraliran Sunni. Kelompok ini ingin menyingkirkan kaum Syiah Alawit yang memegang kekuasaan di negara itu. Keluarga Bashar al-Assad adalah menganut mazhab Syiah Alawit.

Upaya keluarga Al Assad untuk menyeret Suriah ke arah konflik sektarian menjadi sulit terwujud. Ini adalah akibat perlawanan kota Homs, yang juga memiliki komunitas Syiah Alawit dalam jumlah cukup besar. (MTH)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com