Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepeninggal Tentara AS, Perbatasan Irak Rentan

Kompas.com - 15/12/2011, 02:15 WIB

BAGHDAD, RABU - Pasukan Irak telah dilatih untuk menghadapi berbagai ancaman dari dalam negeri. Namun, kekuatan militer Irak belum mampu menangkal kemungkinan serangan dari negara lain sepeninggal pasukan AS.

Demikian diungkapkan para pejabat militer dan pengamat pertahanan, Rabu (14/12).

Abdulazis Sager, Ketua Gulf Research Center, mengatakan, penarikan seluruh pasukan AS dari Irak pada akhir    bulan ini akan menciptakan kekosongan kekuatan di kawasan Teluk Persia dan bisa membuka jalan bagi Iran untuk memperluas pengaruhnya. ”Selama ini kehadiran pasukan AS di Irak memberi rasa aman dan stabilitas di kalangan negara-negara Teluk. Penarikan pasukan AS akan memperkuat pengaruh militer dan intelijen Iran (di kawasan),” tutur Sager.

Sebelumnya, Panglima Angkatan Bersenjata Irak Letnan Jenderal Babaker Zebari mengakui, pihaknya belum memiliki kemampuan untuk mempertahankan perbatasan Irak dari serangan negara lain. Menurut dia, Angkatan Udara Irak baru akan memiliki kemampuan cukup untuk mempertahankan wilayah udara negara itu paling cepat tahun 2020.

Padahal, tanpa kekuatan udara yang cukup, tentara darat Irak akan kewalahan menghadapi serbuan dari seberang perbatasan yang relatif tak memiliki benteng alam. ”Angkatan darat tanpa dukungan angkatan udara akan berada pada posisi tak terlindung,” tandas Zebari.

Pasukan Irak, yang saat ini memiliki 700.000 personel, sebagian besar bertanggung jawab terhadap keamanan kawasan Baghdad dan sekitarnya. Pihak AS, yang melatih mereka saat ini, mengakui kurangnya kemampuan pasukan Irak dalam menghadapi ancaman dari luar.

Tanda tanya besar

Letnan Jenderal Frank Helmick, Wakil Komandan Pasukan AS di Irak, pekan lalu mengatakan, masih ada tanda tanya besar mengenai keamanan Irak dari ancaman eksternal. ”Kami benar-benar tidak tahu apa yang akan terjadi,” ungkap Helmick.

Penarikan pasukan AS dari Irak terjadi saat kawasan Timur Tengah dilanda gelombang perubahan besar Musim Semi Arab. Selain menumbangkan para diktator di Tunisia, Mesir, dan Libya, gelombang perubahan ini juga memicu berkobarnya konflik sektarian dan agama.

Pengamat politik Sami Al-Nisf dari Irak mengatakan, penarikan pasukan AS ini terjadi di saat yang tidak tepat dan hanya akan memperburuk berbagai masalah sektarian dan politik di kawasan. ”Pasukan Amerika seharusnya dipertahankan di Irak, seperti yang dilakukan di Jerman dan Jepang (setelah Perang Dunia II) sehingga negara ini tak berada di bawah kendali total Teheran,” tutur Al-Nisf. (AP/AFP/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com