Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemimpin Majalah Dipecat Gara-gara Sampul Putin

Kompas.com - 14/12/2011, 15:58 WIB

MOSKWA, KOMPAS.com - Pemimpin redaksi majalah Rusia, Kommersant Vlast dipecat gara-gara memuat foto Perdana Menteri Vladimir Putin dan mengaitkannya dengan kecurangan dalam pemilihan umum Rusia.

Menurut The Guardian, Maxim Kovalsky, bersama direktur umum perusahaan induk majalah itu, Andrei Galiyev, dipecat gara-gara sampul majalah yang mereka pimpin itu.

Kommersant Vlast, pada edisi dengan laporan utama pemilu legislatif Rusia, bersampul wajah Putin sedang menunduk dan melihat kotak suara, seperti dilaporkan BBC.

Di atas foto itu tertulis "Kemenangan Persatuan (United) Penggelembung Suara". Judul itu memelesetkan partai pimpinan Putin, Rusia Bersatu (United Rusia).

Sampul majalah itu merujuk pada tuduhan bahwa PM Putin dan partai petahana menggelembungkan perolehan suara pada pemilu yang digelar pada 4 Desember lalu.

Di bawah judul utama itu tertulis "Bagaimana pemilu dipalsukan. Bukti-bukti dan para saksi."

Dalam salah satu laporannya, terdapat foto Putin yang dipasangi slogan "Musuh Publik Nomor 1" dan "Khutin Pui", yang lagi-lagi memelesetkan nama Putin.

Miliarder yang juga pemilik penerbit majalah itu, Alisher Usmanov, yang memecat Kovalsky dan Galiyev. Alasan pemecatan itu, menurut Bloomberg, adalah pelanggaran kode etik jurnalistik.

"Pada prinsipnya, saya tidak mencampuri kebijakan redaksional penerbit Kommersant. Namun ada kode moral dan etika yang dilanggar dalam kasus ini. Media seharusnya tidak menjadi mimbar hooliganisme," Usmanov dalam pernyataan persnya. Dia juga berencana menuntut Kovalsky.

BBC
melaporkan, para aktivis media memandang hal ini sebagai bentuk sensor. Sekretaris eksekutif Persatuan Jurnalis Rusia, Nadezhda Azhgihina mengatakan, organisasinya sangat kaget. "Ini jelas bentuk penyensoran dari pemilik," katanya.

Dalam wawancara dengan Bloomberg, Kovalsky mengakan pemerintah Rusia menjadi gugup karena protes masyarakat. "Mereka memperpanjang kontrol atas gelombang informasi. Sebelumnya mereka hanya berfokus pada media massa dan televisi. Sekarang semua sudah mencapai level berbeda. Meraka dalam posisi sulit," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com