KOMPAS.com — Faktanya, Partai Rusia Bersatu memenangi pemilihan umum (pemilu) parlemen Rusia. Pemimpin partai ini adalah perdana menteri petahana Rusia, Vladimir Putin. Menurut warta AP dan AFP pada Sabtu (10/12/2011), aroma kecurangan pun segera merebak.
Sebelumnya, Komisi Pemilu Rusia mengumumkan kalau Partai Rusia Bersatu meraih 49 persen suara. Sebaliknya, tiga partai lainnya harus berbagi 53 persen sisa suara. Ketiga partai pesaing ini pun sejatinya tak memenuhi ambang batas 3 persen.
Adalah kelompok oposisi dan pengamat internasional yang mencium bau kecurangan. Ada yang menemukan kenyataan kalau anggota Komisi Pemilu Rusia malahan bersikap berbeda dengan hasil penghitungan tadi. "Partai Rusia Bersatu diistimewakan dibandingkan partai lain," kata anggota Komisi Pemilu Rusia Yefgeny Kolyushin.
Selanjutnya, kelompok oposisi mencatat ada sejumlah pelanggaran dalam pemilu parlemen Rusia. Kubu oposisi mengatakan, pelanggaran antara lain terjadi dalam bentuk pengisian kotak suara ataupun tawaran imbalan uang kepada sejumlah pemilih.
Sejak penghitungan hasil pemilu diumumkan awal pekan ini, kelompok oposisi sudah melakukan protes. Ribuan orang yang berseberangan dengan Putin melakukan unjuk rasa di Moskwa dan kota-kota besar lainnya. Unjuk rasa diperkirakan akan berlanjut, setelah hasil pemilu ini diumumkan. "Rakyat Rusia akan terus turun ke jalan karena mereka dirugikan akibat situasi politik sekarang," kata Yevgeniya Chirikova, pemimpin unjuk rasa.
Pihak berwenang membubarkan unjuk rasa dengan paksa. Lalu, ratusan demonstran, termasuk beberapa tokoh oposisi, ditangkap.