Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Assad: Saya Tak Terlibat Kekerasan

Kompas.com - 08/12/2011, 14:40 WIB

DAMASKUS, KOMPAS.com —  Presiden Suriah Bashar al-Assad membantah dirinya berada di balik kekerasan yang melanda Suriah selama beberapa bulan terakhir. Assad mengatakan, ia tidak memerintahkan angkatan bersenjatanya untuk memerangi rakyatnya sendiri.

"Mereka bukan pasukan saya," kata Assad dalam sebuah wawancara kepada wartawan ABC, Barbara Walters. Wawancara yang terbilang langka itu disiarkan hari Rabu (7/12/2011), demikian diberitakan CNN.com, Kamis. Dia menanggapi sebuah pertanyaan tentang apakah dirinya berpikir bahwa pasukannya telah bertindak terlalu keras terhadap para demonstran selama sembilan bulan terakhir.

"Mereka pasukan pemerintah. Saya tidak memiliki mereka. Saya Presiden. Saya bukan pemilik negara. Jadi, mereka bukan pasukan saya."

Bukankah Assad, panglima tertinggi, yang berhak memberi perintah bagi setiap tindakan militer? "Tidak, tidak ada," jawabnya..

Jadi, bukan atas perintah Anda? "Bukan," katanya, "bukan berdasarkan perintah seseorang. Tidak ada perintah untuk membunuh atau melakukan tindakan brutal."

Assad mengatakan, para anggota angkatan bersenjata yang "bertindakan terlalu jauh" telah didisiplinkan. "Setiap 'reaksi brutal' itu oleh individu, bukan oleh sebuah lembaga, itu yang Anda harus tahu," katanya dalam wawancara tersebut. "Ada perbedaan antara memiliki kebijakan untuk menindak keras dan memiliki sejumlah kesalahan yang dilakukan oleh beberapa pejabat. Ada sebuah perbedaan besar. Kami tidak membunuh," kata Assad. "Tidak mungkin bagi siapa pun di negara ini untuk memberikan perintah membunuh."

Ia melanjutkan, "Tidak ada pemerintah di dunia ini yang membunuh rakyatnya, kecuali jika negara itu dipimpin orang gila."

CNN melaporkan, pembelotan para tentara terus terjadi hari Rabu. Beberapa di antaranya bangkit melawan rezim itu dalam aksi balasan di Provinsi Idlib, dekat perbatasan Turki, demikian menurut Tentara Pembebasan Suriah yang beroposisi, yang mengatakan telah merebut dan menghancurkan sejumlah kendaraan militer, termasuk tiga tank. Dua tentara Assad dilaporkan tewas dan lebih dari 50 orang lainnya terluka.

Instabilitas dan kekerasan berkecamuk di Suriah sejak pertengahan Maret lalu ketika rezim Assad menanggapi protes damai rakyat secara brutal.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, yang mencatat 4.000 orang tewas di Suriah, mengatakan kepada CNN bahwa dia berpikir Assad sudah kelewatan. Ban berjanji, PBB siap untuk membantu. "Hal ini penting, pertama-tama bahwa ia (Assad) berhenti membunuh orang, dan dia segera merangkul semua kekuatan politik dan rakyatnya sendiri, termasuk oposisi untuk menemukan jalan keluar sehingga semua rakyat Suriah dapat menikmati kebebasan dan demokrasi yang sejati. "

Laporan dan gambar kekerasan dari Suriah menyebabkan sejumlah pihak, seperti Liga Arab, Turki, Amerika Serikat, dan Uni Eropa, menjatuhkan sanksi terhadap rezim Suriah.

Sebuah laporan PBB mengatakan, pasukan keamanan dan militer Suriah melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan, dan beberapa pengamat, termasuk Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Navi Pillay, mendesakkan Pengadilan Kejatahan Internasional untuk menangani masalah Suriah itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com