Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suatu Sore di Moskwa

Kompas.com - 07/12/2011, 04:24 WIB

Padahal, menurut para pengamat internasional, banyak kecurangan dilakukan partai berkuasa. Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) menyatakan, pada umumnya pemilu ”dilaksanakan secara baik”, tetapi ada persoalan dalam penghitungan suara. Itulah yang mendorong ribuan orang turun ke jalan menuntut pemilu yang bersih, jujur, dan adil.

Yang menarik justru perolehan kursi Partai Komunis bertambah. Semula partai ini hanya memiliki 57 kursi, sekarang, menurut komisi pemilu, mereka merebut 92 kursi. Bukan hanya Partai Komunis yang memperoleh lebih banyak kursi, melainkan juga Partai Just Russia yang meraih 64 kursi, dari sebelumnya 38 kursi, dan Partai Demokratik Liberal Rusia yang memperoleh 56 kursi dari sebelumnya 40 kursi.

Hasil sementara ini di satu sisi memberikan gambaran tentang keterbukaan Rusia, di sisi lain mencerminkan protes rakyat terhadap partai yang berkuasa. Mereka tidak puas dengan kondisi ekonomi yang stagnan dan tidak terpenuhinya janji-janji pemerintah. Apalagi, Putin terang-terangan menginginkan kursi presiden lagi. Ia pernah menjadi presiden selama dua periode, 2000-2008.

Keputusan Putin itu—yang diprotes rakyat—menggambarkan bahwa Putin yang muncul sebagai penguasa 12 tahun silam ingin membangun sistem kekuasaan mirip sistem kekuasaan tradisional Rusia: pemerintahan autokratik satu orang. Kekuasaan terpusat pada satu orang: Putin!

Rusia dari zaman dulu hingga zaman komunis dikendalikan oleh satu orang: tsar dan sekretaris jenderal partai komunis. Meskipun Putin berpindah pos, dari presiden ke perdana menteri (dan sekarang ingin jabatan presiden lagi), oleh para pendukungnya dia disebut ”pemimpin nasional”.

Sejarawan Rusia, Medvedev, mengatakan, seorang pemimpin nasional mungkin menduduki suatu pos jabatan di pemerintahan, atau tidak sama sekali, tetapi yang pasti otoritasnya absolut. Ini seperti Joseph Stalin yang selama berkuasa, 1928-1953, tidak pernah menduduki satu jabatan pun di pemerintahan, tetapi kekuasaannya absolut.

”Suatu ketika Stalin ditanya ibunya untuk menjelaskan apa pekerjaannya,” kata Medvedev. ”Dan, Stalin menjawab, .... Yah, saya seperti tsar.... Sistem Putin sekarang ini seperti percampuran antara monarki absolut dan Stalin.” (The Christian Science Monitor, 29 November 2011).

Itulah yang ditentang rakyat Rusia. Dan, nanti, kalau mengobrol lagi di Restoran Le Pain, akan saya katakan, ”Pak Dubes, Rusia ternyata tidak berubah.”

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com