Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tragedi Besar bagi Indonesia pada 4 Desember

Kompas.com - 04/12/2011, 06:34 WIB

KOMPAS.com - Tanggal 4 Desember 2011 Indonesia dibawa kembali pada kenangan tragedi yang menimpa para calon jemaah haji 37 tahun lalu. Tepatnya 4 Desember 1974 adalah momen tragedi dalam pemberangkatan calon jemaah haji bagi bangsa Indonesia.

Pada tanggal yang jatuh hari Rabu itu, pesawat DC-8 yang dicarter maskapai Garuda Indonesia dan mengangkut calon jemaah, menghantam wilayah perbukitan Tujuh Perawan di Maskeliya, Sri Lanka Tengah.

Seluruh 182 penumpang berikut 9 awak yang menumpangi pesawat maskapai penerbangan Belanda, Martinair ini tewas. Ada beberapa versi laporan media saat itu yang menyebutkan kesalahpahaman komunikasi dari pilot pesawat atau petugas bandara internasional Bandaranaike sehingga pesawat menabrak perbukitan yang terletak sekitar 70,8 kilometer dari bandara dan pada ketinggian 1.841 meter di atas permukaan laut.

Belum usai kesedihan bangsa akan tragedi ini berakhir, 4 tahun kemudian, atau tepatnya 15 November 1978 dan hari yang sama, Rabu, pesawat DC-8 Icelandic Loftleider dari maskapai penerbangan Eslandia yang mengangkut 249 jemaah haji Indonesia dari Jeddah dengan 13 awak juga jatuh di Sri Lanka.

Pesawat itu jatuh hanya sekitar 3,7 km sebelah timur bandar udara Kutanayake, 25 km dari Kolombo. Kecelakaan pesawat yang berencana menuju Surabaya ini mengakibatkan 181 dari 262 orang di dalamnya tewas.

Dua peristiwa di atas seakan berlalu begitu saja dengan pergerakan waktu dan terlupakan bahkan terlepas dari banyak perhatian terutama kaum muda karena kedua peristiwa tidak secara jelas atau tidak sama sekali diuraikan dalam literatur sejarah di Indonesia. Pertengahan Agustus tahun ini, Kompas.com mencoba melihat dari dekat salah satu makam massal korban kecelakaan DC-8 Martin Air di Maskeliya.

Salah satu kuburan yang terdapat di halaman masjid Sunan Ampel, Surabaya, menjadi peristirahatan terakhir dari sebagian kecil jasad tidak utuh yang ditemukan dari sebagian besar jenazah dan dikumpulkan di dalam satu peti. Sementara sebagian besar jenazah dimakamkan secara massal di Maskeliya.

Laporan harian KOMPAS pada 6 Desember 1974 menyebutkan musibah 37 tahun lalu yang dialami DC-8 seri 55 F itu sebagai kecelakaan pesawat terbang terbesar kedua dalam sejarah dunia. Menurut koresponden KOMPAS di Surabaya saat itu, rombongan calon jemaah haji yang menumpangi pesawat dengan nomor penerbangan MP-138 ini terdiri dari 111 calon haji dari Blitar, 16 dari Lamongan, 1 dari Kotamadya Surabaya, 2 dari Kabupaten Surabaya, 49 dari provinsi Sulawesi Selatan dan 3 dari provinsi Kalimantan Timur.

Sementara 2 dari sembilan awak adalah adalah Lilik Herawati (22), mahasiswi tingkat IV Fakultas Syariah (Hukum) IAIN Surabaya dan Abdul Hamid Usman, mahasiswa IAIN Ujungpandang. Tujuh awak lainnya adalah warga Belanda.

Peristiwa terbesar dalam belasan peristiwa kecelakaan pesawat terbang selama 1974 itu seakan hilang begitu saja dari ingatan atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh sebagian besar kaum muda.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com