Menurut dia, 60 persen wilayah Kabupaten Nias Selatan rawan bencana lantaran berada di tebing dan perbukitan. ”Sebagian besar tanah yang ditinggali warga itu labil sehingga rawan longsor,” ujarnya saat mendampingi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Syamsul Maarif, yang berkunjung ke Nias Selatan.
Syamsul datang untuk menyerahkan bantuan berupa uang Rp 700 juta. Saat ini Pemerintah Kabupaten Nias Selatan membangun posko di Desa Hoya, Kecamatan Lahusa, sekitar 6 kilometer dari lokasi longsor. Posko ini berfungsi sebagai pusat informasi sekaligus tempat pengaduan dan laporan jika sewaktu-waktu ada warga yang mengalami bencana. Posko juga sebagai tempat penyimpanan logistik untuk para korban.
Namun, Pemerintah Kabupaten Nias Selatan belum bisa mendistribusikan logistik bantuan secara maksimal lantaran jembatan di Sungai Susua, yang menjadi penghubung ke Desa Labuze, Kecamatan Mazo, ambruk. Sebanyak 4,3 ton beras menumpuk di posko. Mobilisasi warga juga terkendala karena jembatan tersebut ambruk.
Warga Kecamatan Mazo yang hendak bepergian ke Kecamatan Lahusa atau ke pusat kota di Teluk Dalam harus menyeberang dengan bantuan perahu karet yang dioperasikan oleh Badan Search dan Rescue Gunungsitoli. Perahu ini hanya beroperasi sampai sore hari. ”Kalau tidak ada perahu karet, kami tidak bisa ke mana-mana,” kata Dharma Hulu, warga Kecamatan Mazo.
Idealisman Dachi menjelaskan, warga tidak bisa terus-menerus bergantung pada perahu karet. Untuk itu, pihaknya berupaya membangun jembatan. Selama jembatan belum jadi, dia akan menyediakan rakit untuk membantu warga.
Komandan Kodim 0213 Letnan Kolonel Kav Rayen Obersyl menjelaskan, sebaiknya pemerintah membuat jalur alternatif untuk warga sembari menunggu jembatan rampung dibangun. ”Kalau memang diperlukan, kami siap membantu,” kata Rayen.
Sementara itu, para korban tanah longsor dan banjir, yakni Niat Hati Hulu (16), Masrida Hulu (16), Novermawati Sadawa (16), Merida Dahulu (16), dan Ardianto Hulu (23), telah dimakamkan. Tiga di antaranya dimakamkan pada Kamis dan sisanya pada Jumat sore. ”Kami ikhlas Niat Hati berpulang. Sekarang kami berharap pemerintah membantu membangun rumah kami,” kata Yasa Hulu, kakak Niat Hati Hulu.
Sementara itu, cuaca buruk yang terjadi di wilayah pantai barat Aceh dalam beberapa hari terakhir telah memicu banjir besar di wilayah Kabupaten Singkil, Jumat. Akibatnya, jalan raya Singkil-Subulussalam terputus, sebuah truk pun hanyut terbawa arus banjir. Banjir tersebut merata di lima kecamatan di wilayah Singkil.
Menurut Mohamad Roni (30), warga Gunung Meriah, Singkil, banjir mulai terjadi sejak Jumat dini hari sekitar pukul 04.00. Hujan deras yang terjadi sejak Kamis (1/12) malam membuat sungai-sungai sekitar wilayah Singkil meluap dan aliran air menggelontor permukiman.
Di Solok, Sumatera Barat, warga di Jorong Guguak Manyambah, Kanagarian Sungai Jambua, Kecamatan IX Koto Sungai Lasi, membersihkan sungai yang mengaliri jorong mereka dari material pasir sisa banjir bandang. Pasir kualitas tinggi itu dijual warga kepada sejumlah pengepul yang mengantre di pinggir jalan dengan truk-truk.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Solok Abdul Manan mengatakan, upaya pembersihan sisa bencana diharapkan dikerjakan masyarakat.(MHF/HAN/INK)