Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suriah dan Peta Baru Politik Arab

Kompas.com - 03/12/2011, 02:22 WIB

Ibnu Burdah

Sikap negara-negara Arab terhadap Suriah, terutama di forum Liga Arab yang sepakat menjatuhkan hukuman berat terhadap negara itu, mencerminkan beberapa realitas baru dalam peta pergaulan antarnegara-negara Arab.

Secara umum peta konstelasi masih berporos pada dua kutub lama, yaitu kekuatan yang pro-Iran dan pro-Barat. Namun, perkembangan baru memperlihatkan pergeseran-pergeseran yang tidak bisa diremehkan.

Qatar tampil jadi ”pemimpin” baru Arab yang cukup diperhitungkan. Kerajaan kecil itu mengambil peran terdepan dalam proses penghukuman terhadap Suriah, negara dengan wilayah dan penduduk jauh lebih besar daripada Qatar. Sejak awal, kerajaan kaya raya itu memelopori sikap keras terhadap Suriah dan memobilisasi dukungan— terutama dari negara-negara Teluk—untuk menjatuhkan sanksi kepada rezim Bashar al-Assad.

Suara sinis dari pembela Suriah bahkan menyebut markas besar Liga Arab telah berpindah dari Kairo, Mesir, ke Doha, Qatar. Liga Arab dituding tak lebih dari kepanjangan tangan organisasi negara-negara Teluk, GCC (Majlis al-Taawun al-Khalijiy), yang juga dimotori Qatar.

Qatar dan Arab Saudi

Dalam sidang darurat para menteri luar negeri Liga Arab di Kairo yang ditindaklanjuti di Maroko, beberapa waktu lalu, Perdana Menteri Qatar Hamad bin Jasim—ia juga merangkap Menlu Qatar dan anggota inti keluarga Ali Tsani—jadi ketua komite dan memimpin sidang yang menghasilkan keputusan yang direspons secara sangat keras oleh pemerintah dan sebagian rakyat Suriah. Bin Jasim bersama Nabil Arabiy, Sekjen Liga Arab, juga memimpin konferensi pers yang cukup panjang untuk menjelaskan detail keputusan tersebut.

Agresivitas Qatar memang terus menguat dalam pergaulan di kawasan ini sejak menjalarnya gerakan protes rakyat di negara-negara Arab. Peran Qatar juga sangat menonjol ketimbang negara Arab lain dalam proses penjatuhan rezim Khadafy di Libya. Peran Qatar saat ini bukan hanya mirip peran Mesir di bawah pimpinan Hosni Mubarak yang begitu kuat, juga berupaya menampilkan postur baru rezim Arab, yakni pembela rakyat melawan penindasan penguasa otoriter.

Oleh karena itulah Suriah langsung menunjuk Qatar sebagai dalang lahirnya keputusan Liga Arab yang sangat keras itu. Respons pendukung rezim Assad juga tak kalah keras. Demonstrasi memprotes Qatar, di samping Turki, AS, dan Arab Saudi, berubah menjadi aksi yang diwarnai kerusuhan dan perusakan beberapa kantor kedutaan negara-negara tersebut di Damaskus.

Negara lain yang ada di barisan depan tentu Arab Saudi, pemimpin tradisional negara-negara Arab di kawasan Teluk. Sebagaimana Qatar, Arab Saudi adalah negara dengan kemampuan finansial melimpah.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com