Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Oposisi dan Tentara Pembelot Bersatu

Kompas.com - 02/12/2011, 03:07 WIB

ISTANBUL, KAMIS - Kelompok oposisi sipil dan tentara pembelot di Suriah sepakat bersatu untuk melawan rezim Presiden Bashar al-Assad. Mulai sekarang, gerakan mereka akan terkoordinasi.

Demikian diungkapkan Khaled Khoja, salah satu anggota Komite Luar Negeri Dewan Nasional Suriah (SNC)—institusi politik yang mewakili gerakan oposisi melawan rezim Assad, di Istanbul, Turki, Kamis (1/12). ”Dewan mengakui Tentara Pembebasan Suriah sebagai sebuah realitas, sementara pihak tentara mengakui dewan sebagai representasi politik dari gerakan oposisi,” tutur Khoja.

Menurut Khoja, Ketua SNC Burhan Ghaliun dan Panglima Tentara Pembebasan Suriah (FSA) Kolonel Riyadh al-Asaad telah bertemu di Provinsi Hatay, Turki selatan, 28 November, untuk menyepakati koordinasi tersebut. ”Telah disepakati gerakan ini akan menjadi gerakan terkoordinasi. Akan ada koordinasi (antara SNC dan FSA),” ujar Khoja.

Kesepakatan ini menandai perubahan sikap SNC, yang sebelumnya menolak perlawanan bersenjata FSA. FSA sendiri terdiri atas para prajurit dan perwira Angkatan Bersenjata Suriah yang membelot dan berbalik menentang rezim Bashar al-Assad.

Khoja menambahkan, FSA telah setuju mengikuti jalur perjuangan politik yang ditentukan SNC, serta sepakat menjalankan fungsi pertahanan dan perlindungan warga sipil. Sebelumnya, FSA beberapa kali bertindak agresif dengan menyerang lebih dulu pasukan pemerintah.

”Kami sepakat tugas FSA adalah melindungi rakyat, bukan menyerang. (Tugasnya) melindungi kelompok minoritas dan mencegah kemungkinan terjadinya konflik di antara faksi dengan mengirimkan tentara ke wilayah konflik,” ujarnya.

Larangan perjalanan

Di Kairo, Mesir, Liga Arab mengeluarkan daftar 17 orang penting Suriah yang dilarang bepergian ke negara-negara Arab sebagai bagian dari sanksi organisasi tersebut kepada Suriah. Sebanyak 17 orang penting tersebut meliputi para pejabat tinggi sipil dan militer, termasuk menteri dalam negeri, menteri pertahanan, para pejabat intelijen, dan perwira senior militer.

Adik laki-laki Presiden Assad, Maher al-Assad, yang menjadi komandan kesatuan elite Garda Republik dan orang terkuat kedua di Suriah, masuk dalam daftar itu. Seorang keponakan Assad dan pengusaha terkaya di Suriah juga masuk dalam daftar.

Tekanan dunia internasional terhadap rezim Assad juga bertambah setelah Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) menyerukan penghentian penggunaan kekuatan militer berlebihan terhadap rakyat Suriah. OKI menyatakan, penggunaan kekuatan berlebihan hanya memancing pihak asing mengintervensi.

Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan, Pemerintah Indonesia telah menarik Duta Besar Indonesia untuk Suriah Wahib Abdul Jawad. Hal ini menyusul situasi yang semakin tak kondusif di negara tersebut. Penarikan ini, kata Marty, dilakukan atas instruksi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

”Ini sebagai wujud keprihatinan kita atas apa yang terjadi di Suriah,” kata Marty kepada para wartawan di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis siang, seperti dikutip Kompas.com. Juru bicara Kementerian Luar Negeri RI Michael Tene menambahkan, pemanggilan pulang Dubes RI di Damaskus itu dalam rangka konsultasi dan belum ditentukan untuk berapa lama.

Di Brussels, Belgia, para menlu anggota Uni Eropa bersiap memasukkan perusahaan minyak General Petroleum Corporation milik Pemerintah Suriah dalam daftar hitam sebagai bagian dari sanksi ekonomi lebih berat. (Reuters/AFP/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com