Wakil Ketua Asosiasi Islam China Badruddin Guo Chengzhen juga menegaskan soal kebebasan beragama itu, termasuk Islam. Bahkan, pemerintah tidak ikut campur tangan soal urusan agama.
Sejarah Xinjiang bisa dilacak sejak masa sebelum Masehi. Kawasan barat itu mulai dikenal setelah penjelajahan di zaman Dinasti Han (206 SM-220). Pada masa Dinasti Tang (618-907), mereka menguasai wilayah selatan Xinjiang. Namun, wilayah utara dikuasai imperium Uighur Khaganate (745-840), bahkan meluas hingga ke wilayah Mongol.
Setelah pergolakan dengan penguasa silih berganti, Xinjiang tak juga stabil walau telah diberi otonomi tahun 1958. Pemerintah menuduh kelompok etnik Uighur itu dilatih di kamp di Pakistan oleh Gerakan Islam Turkistan Timur (ETIM) yang dituding menginginkan negara merdeka bagi Uighur. Setiap kali ditumpas, perlawanan etnik Uighur terus tumbuh.
Rebiya Kadeer, perempuan aktivis, yang juga Presiden Kongres Uighur Dunia yang hidup dalam pengasingan, dalam bukunya berjudul Dragon Fighter, menulis, ”Saya siap mati agar menjadi simbol harapan bagi warga kami.”
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.