Semua keputusan itu diambil setelah Pemerintah Pakistan marah besar atas insiden penyerangan dua pos penjaga perbatasan Pakistan oleh helikopter dan pesawat-pesawat tempur NATO, Sabtu (26/11) dini hari. Sedikitnya 24 tentara Pakistan, termasuk 2 perwira, tewas, dan 13 orang lainnya terluka dalam serangan di Distrik Mohmand, Pakistan barat laut, itu.
Pakistan langsung bereaksi dengan menutup dua pintu perbatasan, yakni Torkham di kawasan Khyber di utara dan Chman di Provinsi Baluchistan di selatan, pada hari itu juga. Praktis, jalur pasokan logistik utama untuk pasukan NATO di Afganistan dari Pelabuhan Karachi terputus total.
Pemerintah Pakistan juga memanggil Duta Besar AS Cameron Munter untuk menyampaikan protes resmi dengan menyebut insiden itu sebagai pelanggaran hukum internasional dan akan memicu tindakan balasan yang serius.
Perdana Menteri Pakistan Yousuf Raza Gilani juga langsung menggelar rapat darurat para menteri senior kabinet dengan pimpinan angkatan bersenjata. Rapat darurat ini memutuskan, Pemerintah Pakistan akan meninjau ulang semua program, aktivitas, dan pengaturan kerja sama dengan AS, NATO, dan Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) di Afganistan, baik dalam bidang diplomatik, politik, militer, maupun intelijen.
Selain itu, Pakistan juga meminta seluruh pasukan AS pergi dari Pangkalan Udara Shamsi di Provinsi Baluchistan dalam waktu 15 hari ke depan. Pangkalan udara tersebut selama ini digunakan AS sebagai tempat pendaratan pesawat tempur tak berawak (drone) seusai menyerang titik-titik persembunyian kelompok militan Al Qaeda dan Taliban di wilayah Pakistan.
Sikap ini menunjukkan kemarahan terbesar Pakistan terhadap AS dan sekutunya dalam beberapa tahun terakhir. September tahun lalu, Pakistan juga sempat menutup salah satu pintu perbatasannya di Torkham setelah tentara NATO menembak dua tentara penjaga perbatasan Pakistan. Jalur suplai itu baru dibuka kembali setelah pemerintah AS resmi minta maaf.
Hubungan Pakistan-AS memburuk setelah serangan pasukan komando AS ke Abbottabad, Pakistan, yang menewaskan pemimpin Al Qaeda, Osama bin Laden, 2 Mei. Hubungan makin runyam setelah AS menuduh Pemerintah Pakistan memiliki hubungan dengan militan Jaringan Haqqani.
Meski demikian, kedua negara bergantung satu sama lain. AS butuh Pakistan sebagai jalur suplai pasukannya dan agar Pakistan membantu memerangi kelompok-kelompok militan yang lari dari Afganistan ke Pakistan. Sementara Pakistan bergantung pada bantuan ekonomi dari AS senilai miliaran dollar AS.
Minggu (27/11), Menteri Luar Negeri Pakistan Hina Rabbani Khar menelepon Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton untuk mengatakan bahwa insiden terbaru ini telah menegasikan seluruh kemajuan dalam perbaikan aliansi kedua negara.
Hillary dan Menteri Pertahanan AS Leon Panetta menyatakan turut berdukacita atas tewasnya para prajurit Pakistan itu dan berjanji akan menyelidiki bagaimana insiden itu bisa terjadi.(AP/AFP/Reuters/DHF)
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.