Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Suriah Mengarah ke Perang Saudara

Kompas.com - 18/11/2011, 16:10 WIB

ISTANBUL, KOMPAS.com - Konflik Suriah berisiko untuk jadi perang suadara, kata Menteri Luar Negeri Turki, Ahmet Davutoglu, kepada AFP, Jumat (18/11/2011).

Davutoglu menunjuk serangan yang dilakukan para tentara pembelot minggu ini. "Karena itu saya mengatakan ada  risiko berubah untuk menjadi perang saudara. Sekarang waktu yang tepat untuk menghentikan pembantaian itu, dan karena itulah inisiatif (Liga) Arab itu penting," katanya.

Liga Arab telah memberi batas waktu bagi Presiden Suriah, Bashar al-Assad, untuk menghentikan "penindasan berdarah" yang dilakukan rejimnya terhadap para protes atau berisiko terkena sanksi. "Jika tidak berhasil, tentu saja selalu ada risiko perang saudara atau ketegangan meningkat ke level tinggi di Suriah," tambah Davutoglu.

Sampai saat ini, kata dipolmat Turki itu, "sulit untuk menyebut krisis Suriah itu sebagai perang saudara karena dalam perang saudara ada dua pihak yang saling menyerang. Tetapi dalam kasus (suriah) ini biasanya warga sipil yang diserang oleh pasukan keamanan."

Protes rakyat yang sudah berlangsung delapan bulan di Suriah telah berubah semakin ganas. Tentara Pembebasan Suriah, yang terdiri dari para tentara pembelot, melakukan serangan berani minggu ini terhadap sebuah markas intelijen militer di dekat ibukota negara itu dan pihak oposisi menjadi lebih militeristis.

Davutoglu mengatakan, Turki siap membantu Dewan Nasional Suriah (sebuah dewan oposisi) untuk mengembangkan hubungannya di dalam negeri Suriah dan dengan masyarakat internasional. "Pada tahap ini, penting bahwa (dewan) memiliki akses ke masyarakat internasional, rakyat Suriah, dan bahwa dewan itu memiliki dasar yang solid sebagai organisasi rakyat Suriah," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com