Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mematri Damai di Laut China Selatan

Kompas.com - 16/11/2011, 14:46 WIB

Oleh Rahmad Nasution

Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) berupaya mematri damai di Laut China Selatan yang rawan konflik karena tumpang tindihnya klaim kepemilikan wilayah di kawasan yang diyakini kaya minyak itu terus berlanjut.

Lalu, ASEAN, melakui Kelompok Kerja Pejabat Senior ASEAN untuk masalah Kode Prilaku Regional Para Pihak di Laut China Selatan (WG ASEAN SOM on CoC) berusaha menyusun kode etik berprilaku (CoC) yang rampung dibahas di Bali, Minggu (13/11).

Pertemuan kelompok kerja SOM ASEAN tentang CoC ini adalah tindak lanjut dari keberhasilan ASEAN dan China menyepakati apa yang disebut "Panduan Penerapan Deklarasi Prilaku Para Pihak di Laut China Selatan" di Bali Juli 2011.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selaku Ketua ASEAN 2011 dalam pidatonya di depan para delegasi ASEAN dan China di Bali Juli lalu itu juga mengingatkan perlunya segera mengidentifikasi elemen-elemen CoC.

"Semua pihak harus bergerak ke fase berikutnya, yakni mengidentifikasi elemen-elemen CoC," kata Presiden Yudhoyono.

Dalam pertemuan yang berlangsung di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) sebagai rangkaian dari kegiatan KTT ke-19 ASEAN hari Minggu (13/11) itu, para pejabat senior itu membahas apa dan bagaimana proses penyusunan CoC tersebut.

Pertemuan itu sendiri, menurut Direktur Politik dan Keamanan ASEAN Kementerian Luar Negeri Ade Padmo Sarwono seusai pertemuan kelompok kerja Laut China Selatan yang berlangsung tertutup di ruang Kintamani 6 BNDCC itu, baru sekadar "brainstorming" (bertukar pikiran).

Para wakil Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Laos, Kamboja, Myanmar dan Vietnam yang bertemu itu belum sampai menyinggung soal "proyek" atau pun hal-hal teknis dalam CoC, kata Ade.

Terlepas dari bagaimana hasil pembahasan akhir mengenai CoC ini, keberhasilan menyusun kode prilaku bagi para pihak di kawasan laut dengan gugus Kepulauan Paracel dan Spratly yang diyakini kaya sumber alam ini agaknya dinanti banyak negara.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com