KOMPAS.com - Oposisi Suriah, selama ini, terkesan berjalan sendiri-sendiri tanpa terorganisasi. Berangkat dari kesadaran itulah, pihak oposisi melakukan pertemuan dengan pejabat Liga Arab di Kairo, Mesir. Menurut warta AP dan AFP pada Selasa (15/11/2011), Liga Arab sudah membekukan sementara keanggotaan Suriah di organisasi itu. Lantaran kebijakan tersebut, Suriah pun melancarkan protes.
Dalam pertemuan yang diprakarsai Liga Arab itu memunculkan sebuah kesepakatan pengiriman 500 pegiat hak asasi manusia dan perwira militer ke Suriah. Tujuannya untuk pemantauan langsung kondisi nyata di Suriah.
Awal November pemerintah Damaskus menyatakan bersedia menerima usulan damai yang diajukan Liga Arab. Salah satu poin pernyataan itu adalah permintaan penarikan mundur aparat keamanan dari wilayah-wilayah yang dilanda unjuk rasa. Namun begitu, aparat keamanan Suriah tetap saja melakukan operasi bersenjata.
Sementara sejumlah tentara Suriah yang membelot mulai melancarkan serangan balasan yang menyebabkan kekerasan di lapangan semakin buruk. Laporan-laporan dari pegiat hak asasi di Suriah meyebutkan, Senin kemarin sedikitnya 50 orang tewas. Sebagian besar di antaranya adalah tentara Suriah yang diserbu mantan tentara.
Mundur
Sebelumnya, Raja Abdullah dari Yordania memberikan saran agar Presiden Bashar al-Assad mengundurkan diri. Pernyataan itu memicu kemarahan para pendukung Presiden Bashar al-Assad. Alhasil, sekitar 100 pengunjuk rasa menyerang kedutaan besar Yordania di Damaskus, Senin malam.
Para pendukung pemerintah Suriah sudah lebih dulu menyerang kedutaan besar Arab Saudi, Qatar, dan Turki. Mereka menentang pembekuan keanggotaan Suriah di Liga Arab, yang menurut Menteri Luar Negeri Suriah, Walid Moualem, amat berbahaya.
Mouallem, dalam pernyataannya kemarin, juga sudah meminta maaf atas serangan atas tiga kedutaan besar asing di Damaskus dan berjanji tidak akan terulang lagi. Namun ternyata, serangan serupa masih terjadi atas kedutaan besar Yordania.