Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Deteksi Rawan Tanah Longsor Masih Minim

Kompas.com - 15/11/2011, 04:11 WIB

Jakarta, Kompas - Penggunaan alat pendeteksi rawan tanah longsor masih sangat minim. Masyarakat di daerah rawan longsor diminta mewaspadai indikator-indikator alami ataupun curah hujan di atas 50 milimeter per jam, serta meningkatkan kesiapsiagaan untuk evakuasi.

”Alat deteksi pergerakan tanah yang kami pasang di daerah rawan longsor masih sangat minim, seperti di Jawa Barat. Meliputi kawasan Waduk Saguling, Pelabuhan Ratu, dan wilayah Sukabumi,” kata peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Edi Prasetyo Utomo, ketika dihubungi di Jakarta, Senin (14/11). Jumat pekan lalu, Edi dikukuhkan sebagai profesor riset bidang geofisika terapan.

Menurut Edi, daerah rawan longsor terbanyak ada di wilayah Jawa Barat. Penyebabnya, selain kontur tanah terjal, juga intensitas curah hujan tertinggi.

”Peralatan deteksi pergerakan tanah akan membunyikan sirene ketika curah hujan mencapai 50 mililiter per jam atau terjadi pergerakan tanah 4 milimeter per jam,” kata dia.

Komponen pendeteksi gerak tanah yang terpasang masih menggunakan kawat tembaga. Namun, alat serupa yang dipasang di Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah, sudah menggunakan sinar laser. Itu yang pertama kalinya di Indonesia.

Jalan tol

Pergerakan tanah di kawasan publik, di antaranya berada di kawasan Jalan Tol Jakarta-Bandung (Cipularang). Alat deteksi pergerakan tanah yang dipasang pada tahun 2008-2009 menyajikan data pergerakan tanah 10 milimeter pada periode 27 Agustus-29 Oktober 2009.

”Pada tahun 2010 tiba-tiba pengelola jalan tol meminta supaya tidak memasang alat itu lagi. Sebelumnya, alat deteksi pergerakan tanah itu dipasang di jalan tol Kilometer 92,6,” kata Edi.

Area labil di jalan tol itu panjangnya mencapai 800 meter dan lebar 500 meter. Beban jalan tol setiap harinya adalah 50.000 unit kendaraan.

Ahli geoteknik Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Adrin Tohari, mengatakan bahwa pohon atau tiang-tiang listrik di daerah rawan longsor yang tiba-tiba condong, menjadi indikator alami rentan longsor. Sumber mata air yang tiba-tiba melimpah juga mengindikasikan rawan longsor.

”Masyarakat juga harus mengetahui daerah paling berpotensi longsor adalah kawasan yang pernah terjadi longsor sebelumnya. Kejadian longsor paling sering terjadi pada malam hari,” kata Adrin. (NAW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com