Mesir Larang Anggota Parlemen Belanda Berkunjung

KAIRO, KOMPAS.com - Mesir melarang masuk seorang anggota parlemen Belanda dari Partai untuk Kebebasan (PVV) yang beraliran ekstrem kanan. Alasannya? Komentar anggota parlemen itu dinilai rasis dan bermusuhan terhadap pemerintah Mesir, kata kementerian luar negeri Mesir, Kamis (10/11/2011).

Penolakan Kairo terhadap Raymond De Roon, nama anggota parlemen itu, mengakibatkan delegasi berjumlah delapan anggota komisi luar negeri parlemen Belanda, yang mencakup De Roon membatalkan kunjungan mereka ke Mesir, Rabu. Mareka berpendapat, jika seorang anggora delegasi tidak dapat pergi, maka tidak ada dari mereka (delegasi itu) yang pergi, kata juru bicara parlemen Belanda, David van der Houwen, kepada kantor berita AFP.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Mesir, Amr Roshdi mengatakan, "De Roon belum lama ini mengatakan pada parlemen Belanda bahwa Mesir telah melakukan pembersihan etnis, melukiskan pemerintah Mesir sebagai kediktatoran. Pernyataan itu merupakan penghasutan pada rasisme, yang dihukum oleh undang-undang nasional dan internasional, dan sebuah dasar hukum yang cukup untuk tidak memberi dia visa".

De Roon, 59 tahun, membuat komentarnya menyusul demonstrasi orang-orang Koptik Mesir pada 9 Oktober di Kairo, yang memburuk menjadi konfrontasi dengan militer dan pasukan keamanan. Sebanyak 25 orang tewas dalam kerusuhan itu.

Menteri Luar Negeri Belanda, Uri Rosenthal, mengatakan dalam sebuah pernyataan, ia "dapat mengerti sepenuhnya mengapa komisi itu sampai pada keputusan" untuk membatalkan lawatan ke Mesir, negara yang masih bergolak pasca-jatuhnya presiden Hosni Mubarak. Ia menambahkan, "De Roon telah menggunakan hak demokratisnya sebagai seorang anggota parlemen untuk menyampaikan pendapat".

Partai PVV pimpinan Geert Wilders, dengan 24 kursi dari 150 kursi di majelis rendah parlemen Belanda, menentang apa yang mereka katakan sebagai "Islamisasi" Belanda. Partai itu memberikan dukungannya pada koalisi kanan-tengah di parlemen Belanda.