BANDAR LAMPUNG, KOMPAS.com - Berbeda dengan padi kebanyakan, padi yang satu ini sangat unik karena bisa hidup, berkembang, hingga panen di atas air. Maka dari itu, padi unik yang mulai dikembangkan di Lampung Timur, Provinsi Lampung, ini dinamakan padi apung atau padi air.
Berbeda dengan padi umumnya, lahan padi apung ini adalah berupa ancak bambu berukuran 2,5 x 3,5 meter yang ditaburi limbah sabut kelapa.
Media sabut kelapa ini melimpah ruah di Lampung Timur. Dengan kata lain, padi bisa tumbuh dan panen di atas air atau rawa. Padi yang diinisiasi Ikatan Pelopor Pertanian Organik Lampung (IPPOL) ini mulai diujicobakan secara terbatas di Desa Gunung Agung, Kecamatan Sekampung Udik, Lampung Timur, selama setengah tahun terakhir ini.
Menurut Sugianto, pembina IPPOL, Kamis (10/11/2011), padi apung ini awalnya dikembangkan untuk membantu petani di Desa Gunung Agung yang dua tahun terakhir selalu gagal panen akibat banjir.
Hasil panen budidaya padi apung ini cukup baik, yaitu tiap hektar menghasilkan 6,5 ton gabah basah bersih. Sebelumnya, melalui pola biasa, yaitu padi lebak, setiap 1 hektar lahan sawah di sini rata-rata hanya menghasilkan 5 - 5,5 ton gabah panen per hektar.
Hingga kini, varietas bibit padi ini belum diberikan nama karena merupakan penemuan baru di divisi riset IPPOL.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.