Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suriah Gunakan Media Asing

Kompas.com - 05/11/2011, 02:22 WIB

Seiring dengan tekanan kuat terus-menerus dari dunia Arab dan masyarakat internasional terhadap rezim Presiden Bashar al-Assad, otoritas Suriah kini mulai mengubah taktik dalam menghadapi tekanan tersebut. Rezim Assad mulai membuka diri dengan media asing dalam upaya membela tindakan mereka dalam menghadapi aksi unjuk rasa rakyat di negara itu.

Selama beberapa bulan terakhir ini, kantor berita resmi Suriah ”SANA” dan televisi Pemerintah Suriah menjadi satu-satunya sumber yang menyampaikan pandangan dan kebijakan Presiden Bashar al- Assad.

Namun, dalam sepekan terakhir saja, Bashar al-Assad telah melakukan dua kali wawancara khusus dengan media asing. Pertama, Assad melakukan wawancara dengan koran Inggris, The Daily Telegraph, yang hasilnya dipublikasikan Minggu (30/10). Kedua, Assad diwawancara wartawan televisi Rusia saluran I yang ditayangkan hari yang sama.

Penasihat politik Presiden Assad, Buthaina Shaaban, juga diwawancara media Inggris, The Independent, yang dirilis Jumat, 21 Oktober. Otoritas Suriah mengizinkan pula wartawan harian The Washington Post mengunjungi kota Damaskus untuk melihat langsung keadaan ibu kota Suriah itu.

Semua pejabat Suriah ketika melakukan wawancara dengan media asing itu menyampaikan satu pesan, yaitu jika rezim Bashar al-Assad tumbang, seluruh kawasan Timur Tengah akan ambruk pula.

Presiden Assad dalam wawancara dengan televisi Rusia saluran I menyampaikan terima kasih kepada Rusia yang telah menggunakan hak vetonya untuk mencegah keluarnya resolusi Dewan Keamanan PBB terhadap Suriah. Assad mengungkapkan pula utang budi Suriah yang besar terhadap Rusia.

Buthaina Shaaban dalam wawancara dengan The Independent mengatakan, militer Suriah mendapat serangan dari kelompok teroris di seantero negara. Ia menegaskan, aksi kekerasan di Suriah ini tidak mungkin bisa membawa ke kehidupan demokrasi.

Salah seorang pemimpin Ikhwanul Muslimin di Suriah, Abu Anas, seperti dikutip harian Asharq Alawsat mengatakan, kebijakan rezim Bashar al-Assad mendekati media asing saat ini karena mereka masih berkeyakinan bahwa asing, khususnya Barat, masih layak menjadi sandaran utama mereka dalam mempertahankan kekuasaan.

Padahal, lanjut Anas, justru negara-negara Barat yang kini paling keras mengkritik tindakan brutal rezim Assad terhadap rakyat Suriah, yang menyebabkan jatuh korban tewas dari penduduk sipil di negara itu setiap hari.

Omong kosong

Ia menyebut, ancaman Presiden Assad bahwa akan ada gempa di Timur Tengah jika rezim Assad ambruk hanyalah omong kosong belaka, seperti ancaman rezim Khadafy di Libya dulu. Menurut Anas, ancaman Presiden Assad itu menunjukkan bahwa rezimnya kini mencapai titik terlemah sebelum akan ambruk setiap saat.

Ia menuduh perilaku rezim Assad sama sekali tidak berubah sejak peristiwa pembantaian Hama tahun 1982 hingga pembantaian Hama tahun 2011.

Anas menyerukan masyarakat internasional melindungi penduduk sipil di Suriah, seperti halnya mereka melindungi warga sipil di Libya.

Ketua lembaga pemantau HAM di Suriah yang bermarkas di London, Rami Abdurrahman, dalam percakapan telepon dengan harian Asharq Alawsat mengatakan, rezim Assad yang mulai menggunakan corong media asing harus sadar bahwa negara-negara Barat yang memiliki kekuatan memaksa Suriah beralih ke arah sistem demokrasi, seperti halnya yang dilakukan negara-negara Barat di Libya.

Adapun komite menteri Liga Arab yang menangani isu Suriah masih menunggu jawaban Pemerintah Suriah atas kertas kerja yang diajukan komite tersebut pada pertemuan mereka di Doha, Qatar, Minggu lalu.

Menteri Luar Negeri, yang juga Perdana Menteri Qatar, Sheikh Hamd bin Jasim al-Thani mengungkapkan, sidang komite menteri Liga Arab yang dihadiri Menlu Suriah Walid Moallem berlangsung serius dan transparan serta berhasil membuat kertas kerja tentang semua sisi menyangkut isu Suriah.

Menlu Qatar itu meminta Suriah mematuhi tuntutan yang tertera dalam kertas kerja tersebut sehingga tidak terjadi badai baru di Timur Tengah. Di antara isi kertas kerja itu, Suriah harus segera menghentikan aksi pembunuhan rakyatnya yang berlangsung setiap hari.

Liga Arab memberi waktu hari Senin kemarin kepada Suriah agar menjawab kertas kerja itu.

(Musthafa Abd. Rahman, dari Kairo, Mesir)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com