Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petempur Libya Saling Serang

Kompas.com - 02/11/2011, 10:28 WIB

TRIPOLI, KOMPAS.com — Sejumlah kelompok petempur Libya terlibat dalam baku tembak di sebuah rumah sakit besar di Tripoli, kepala keamanan rumah sakit itu mengungkapkan, Selasa (1/11/2011).

Kejadian ini merupakan salah satu pertikaian yang dipicu persoalan pribadi paling serius di antara para petempur revolusioner Libya sejak tumbangnya rezim Moammar Khadafy bulan lalu.

Saat ini senjata membanjiri Libya dan pemerintah transisi Libya, Dewan Transisi Nasonal (NTC), sudah berjanji untuk mengumpulkan senjata-senjata itu dari para petempur begitu revolusi yang berlangsung selama delapan bulan itu berakhir.

Namun, pemerintah baru Libya belum bisa melakukan hal itu karena para komandan gerilyawan-gerilyawan itu saling bersaing. Masing-masing enggan menyerahkan senjata lebih dulu.

Baku tembak itu terjadi antara petempur dari Misrata melawan petempur Zlitan pada Minggu (30/10/2011). Seorang petempur Zlitan tewas dan seorang Misrata terluka yang oleh rekan-rekannya kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Pusat Tripoli, kata Abdel Nasser al-Mohandes, kepala keamanan rumah sakit itu.

Ternyata, para petempur Zlitan mengikuti kelompok Misrata ke rumah sakit. Salah seorang di antaranya menyelinap ke bagian dalam rumah sakit dan melepaskan rentetan tembakan yang tampaknya untuk menghabisi lawannya yang terluka itu.

Baku tembak terjadi lagi di rumah sakit itu keesokan harinya. Kejadian ini melukai empat orang, kata al-Mohandes. Dikatakannya, tiga petempur Zintan ditahan dan mereka dalam kondisi mabuk.

Pekan lalu, seorang perempuan asal Abu Salim, kawasan pro-Khadafy di Tripoli, tewas setelah terlibat perselisihan dengan seorang gerilyawan Zlitan.

Para pemimpin sementara Libya menyatakan sudah berusaha meminimalkan peredaran senjata api. Menurut mereka, rakyat Libya memiliki hubungan kekerabatan yang erat berdasarkan hukum suku.

Juru bicara pemerintah Abdel-Hafiz Ghoga mengatakan, pihaknya terus memonitor berbagai insiden yang terjadi dan tidak akan menoleransi yang disebutnya "penyimpangan". Namun, Ghoga tidak mengungkap langkah-langkah yang akan diambil untuk mengatasi masalah itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com