Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ancaman Banjir dan Longsor

Kompas.com - 02/11/2011, 01:37 WIB

BOGOR, KOMPAS - Musim hujan yang mulai menerpa Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi menimbulkan ancaman banjir serta tanah longsor. Selasa (1/11), ketinggian air Sungai Ciliwung di Bendung Katulampa memasuki status Siaga III banjir, sedangkan di Ciawi, tanah longsor menghancurkan satu rumah.

Bendung Katulampa, Kota Bogor, berstatus Siaga III banjir. Artinya, dengan ketinggian 100 sentimeter, ada 130.000 liter air per detik yang mengalir ke Depok dan sebagian DKI Jakarta. Ketinggian air mulai turun 1,5 jam kemudian. ”Beberapa hari ini memang berfluktuasi. Walaupun ketinggian sekitar segitu, kalau di Kota Bogor, Kabupaten Bogor, dan Depok hujan bersamaan, air yang sudah besar volumenya bisa jauh lebih besar,” tutur Andi Sudirman, pelaksana Pintu Air Bendung Katulampa.

Menurut dia, ancaman banjir akan besar jika ketinggian air di atas 200 sentimeter atau Siaga I banjir. Artinya, akan ada sekitar 600.000 liter air per detik yang mengalir di Sungai Ciliwung.

Daerah yang berpotensi banjir adalah di sekitar Sukasari, Pulo Geulis, Pabaton, Kedung Badak, dan Kedung Halang. Di Jakarta, daerah yang berpotensi banjir adalah di sekitar Kampung Melayu, Bidaracina, Kalibata, dan Manggarai.

Berdasarkan pantauan, belum terlihat genangan banjir di bantaran Sungai Ciliwung di Kota Bogor. Akan tetapi, di Pulo Geulis, ketinggian air hanya sekitar 1 meter di bawah talut permukiman warga. Pulo Geulis merupakan permukiman yang berada di tengah Sungai Ciliwung.

Di Desa Jambuluwuk, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, hujan yang berlangsung sejak Senin dini hari menyebabkan tembok sebuah rumah longsor dan menimpa rumah milik Juli (35). ”Daerah itu memang termasuk rawan longsor karena, selain tanah diuruk, juga ada di daerah serapan air,” tutur HR Sumarna, Sekretaris Desa Jambuluwuk.

Hujan dan pasang laut

Berdasarkan data Pusat Pengkajian, Perencanaan, dan Pengembangan Wilayah Institut Pertanian Bogor, fenomena banjir dan tanah longsor di Jabodetabek cenderung meningkat akibat penurunan daya dukung lingkungan. Pada tahun 2000, luasan daerah banjir di Jabodetabek 102 desa/kelurahan (6 persen) dan tanah longsor 26 desa (1,53 persen). Pada tahun 2008, cakupannya meluas menjadi 644 daerah (37,88 persen) untuk banjir dan 305 daerah (17,94 persen) untuk luasan tanah longsor.

Kepala Subbidang Informasi Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Hari Tirtodjatmiko menambahkan, sepanjang November ini, Jabodetabek bagian selatan akan mendapatkan curah hujan dengan intensitas menengah hingga tinggi.

”Waspadai distribusi curah hujan harian dengan intensitas sedang hingga tinggi,” kata Hari.

Berdasarkan prakiraan BMKG, musim hujan akan mencapai puncak antara Desember 2011, Januari 2012, dan Februari 2012. Namun, secara historis pengamatan dari tahun ke tahun, hujan paling lebat dan terus-menerus turun sering kali terjadi pada Januari dan Februari. Potensi banjir dan tanah longsor diperkirakan juga makin mengancam pada bulan-bulan tersebut.

”Ada juga pasang laut yang dipengaruhi terjadinya bulan baru dan bulan penuh. Pada November ini, pasang laut terdekat diperkirakan dimulai pada tanggal 9 nanti,” kata Hari.

Saat air laut pasang, pantai utara Jakarta mengalami kenaikan tinggi gelombang antara 1,2 meter dan 1,5 meter. Curah hujan tinggi atau aliran deras 13 sungai di Jakarta tidak bisa segera masuk ke laut. Jakarta Utara yang sebagian kawasannya lebih rendah dari permukaan laut berpotensi tergenang.

Berkurang 30 persen

Saat ini potensi banjir di Jakarta sudah berkurang hingga 30 persen setelah Kanal Banjir Timur (KBT) tembus ke laut pada awal tahun 2011. Dengan demikian, 13 aliran sungai yang ada di Jakarta telah tersambung ke KBT dan Kanal Banjir Barat. Namun, banjir belum sepenuhnya hilang dari Jakarta karena masih ada genangan-genangan air di tengah kota akibat drainase yang masih dipenuhi sampah. Sedikitnya, masih terdapat 62 titik rawan genangan dan banjir di Jakarta selama musim hujan.

”Semula di Jakarta ada 78 titik genangan banjir. Tetapi, setelah KBT difungsikan, ada 16 titik genangan yang hilang,” kata Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo.

Selain merampungkan program KBT, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga berjuang keras membenahi sejumlah drainase. Pekerjaan itu mencakup perbaikan 43 drainase dengan memperbesar kapasitasnya. Dengan demikian, genangan yang biasanya terjadi di kawasan itu dapat hilang dan cepat surut.

Berdasarkan data Dinas Pekerjaan Umum DKI, waktu surut Jakarta pada tahun 2010 rata-rata 50 persen lebih cepat dibandingkan kondisi 2007. Sebagai ilustrasi, daerah Duren Sawit semula lama genangan 1 jam menjadi 15 menit, Cipinang Indah dan Cipinang Besar semula 1 hari menjadi hanya 1 jam.

Pemprov DKI selama tahun 2010-2011 menyelesaikan masalah genangan air di jalan arteri dan kolektor di DKI Jakarta. Ada 123 lokasi genangan air di Ibu Kota yang harus diatasi melalui pemeliharaan dan rehabilitasi sistem drainase. Dengan rincian, di Jakarta Pusat sebanyak 17 lokasi, Jakarta Utara sebanyak 21 lokasi, Jakarta Timur 26 lokasi, Jakarta Selatan 37 lokasi, Jakarta Barat 14 lokasi, dan dedicated programme sebanyak 8 lokasi.

”Realisasi pada tahun 2010, sudah 39 lokasi genangan air terselesaikan. Penyelesaian semua titik genangan air harus rampung tahun ini,” kata Fauzi.

Pada tahun ini, Pemprov DKI melalui Dinas Pekerjaan Umum DKI sudah mengalokasikan anggaran Rp 130 miliar plus Rp 5 miliar dari APBD Perubahan untuk penyelesaian 84 lokasi genangan lain di seluruh wilayah DKI. Ada 9 lokasi di Jakarta Pusat, 15 lokasi di Jakarta Utara, 18 lokasi di Jakarta Timur, 24 lokasi di Jakarta Selatan, 10 lokasi di Jakarta Barat, dan 8 lokasi untuk tingkat provinsi yang merupakan dedicated programme.

(NEL/GAL/ARN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com