Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Harta Karun Benghazi" Dirampok

Kompas.com - 31/10/2011, 12:49 WIB

BENGHAZI, KOMPAS.com - Sekitar 8.000 benda kuno raib dari ruang penyimpanan sebuah bank di Benghazi, Libya. Pencurian benda-benda yang disebut "Harta Karun Benghazi" itu disebut-sebut sebagai yang terbesar dalam sejarah arkeologi.

Interpol sudah mendapat informasi tentang hilangnya benda-benda yang berasal dari masa Alexander Agung itu. Dewan Transisi Nasional (NTC) diduga menutup mulut soal pencurian yang terjadi pada Maret lalu itu karena khawatir citra mereka terpuruk mengingat saat itu mereka tengah dalam pertempuran sengit melawan pasukan pemerintah Moammar Khadafy.

Detail pencurian itu terungkap pada konferensi yang diadakan UNESCO di Paris pekan lalu.

Lemari baja di Bank Komersial Nasional Benghazi hancur dan terbuka. Sementara segel lilin warna merah pada peti-peti kayu yang tempat koleksi berharga itu disimpan sudah rusak. Para pencuri tampaknya mengebor atap beton untuk memasuki ruang penyimpanan itu.

Komplotan pencuri itu rupanya hanya mengincar koleksi berharga tersebut, sedangkan koleksi lain yang harganya lebih rendah masih utuh.

Selain 7.700 uang logam kuno, yang dicuri juga perhiasan, medali, gelang, gelang kaki, kalung, anting, serta batuan berharga, cincin, dan gelang lengan. Beberapa patung kecil terbuat dari perunggu, kaca, dan gading juga tak ketahuan rimbanya.

Harta karun itu digali antara tahun 1917 hingga 1922 dari sebuah kuil Artemis di Cyrene, sebuah kota masa Romawi kuno, yang lokasinya tak jauh dari Benghazi.

Pemimpin UNESCO Irina Bokova menggambarkan pencurian itu sebagai "bencana".

Hafed Walada, seorang arkeolog yang berkantor di King's College, London, mengatakan, "Menurut saya, ini pekerjaan orang dalam. Harta karun itu tersimpan di situ selama bertahun-tahun, dan tidak banyak orang yang mengetahuinya. Perampoknya bahkan tidak memedulikan uang tunai yang tersimpan di ruang penyimpanan bawah tanah itu."

"Bagi warisan sejarah Libya, ini pencurian besar-besaran," ucapnya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com