Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suku Tuareg Marah jika Saif al-Islam Diserahkan ke ICC

Kompas.com - 31/10/2011, 02:29 WIB

Niamey, Minggu - Niger di Afrika barat, negara yang telah menjadi tempat pelarian yang ”aman” bagi Saif al-Islam Khadafy, menghadapi risiko kemarahan warga Tuareg yang berada di utara negara itu. Warga suku ”terasing” jauh dari Niamey, ibu kota negara, dan telah lama menganut visi mendiang mantan pemimpin Libya Moammar Khadafy, bakal marah besar jika pemerintah menyerahkan Saif, putra Khadafy, kepada Mahkamah Kriminal Internasional (ICC).

Niger, seperti juga Mali, telah menandatangani Undang-Undang ICC. Pemerintah di Niamey telah berjanji akan menghormati komitmennya kepada ICC. Namun, dengan menyerahkan Saif kepada ICC akan memicu kemarahan warga Tuareg dari utara negeri itu yang sebagian juga tinggal di Libya selatan. Saif dua bulan silam lari ke Niger dengan kawalan ketat pasukan Tuareg.

”Kami siap menyembunyikan dia (Saif) di tempat yang dibutuhkan,” kata Mouddour Barka, seorang warga Agadez, di wilayah Tuareg, Niger utara. ”Kami meminta komunitas internasional untuk keluar dari urusan ini dan otoritas kami sendiri agar tidak menyerahkannya (Saif kepada ICC). Kami siap turun ke jalan, mereka harus berunding dengan kami,” lanjut Barka.

Niamey juga menyadari, menyerahkan Saif ke ICC bisa memicu kerusuhan di Sahara. Daerah ini menjadi tempat serangkaian aksi perlawanan terhadap pemerintah sementara di Tripoli. Bagi mereka, Khadafy dihormati sebagai pahlawan. Niger juga selama ini menikmati banyak dukungan finansial selama kepemimpinan Khadafy.

Bukti

ICC yang bermarkas di Den Haag, Belanda, menegaskan bahwa putra mendiang Khadafy yang paling berpengaruh, Saif al-Islam (39), terbukti terlibat dalam kekerasan selama revolusi Libya. ICC juga menegaskan, Saif telah mengadakan kontak melalui perantara mengenai penyerahan dirinya untuk diadili. Namun, ICC tak mempunyai keterangan bahwa tentara bayaran sedang berusaha membawa Saif ke satu negara Afrika yang bersahabat.

Jaksa ICC, Luis Moreno-Ocampo, mengatakan, komunikasi dengan Saif hanya dilakukan via perantara, tetapi dia tidak menyebutkan lokasinya. ”Ada beberapa orang yang berhubungan dengan dia dan para penghubung itulah yang berbicara dengan kami,” katanya.

”Kami memiliki beberapa informasi bahwa ada sekelompok tentara bayaran mencoba membantu dia untuk bisa pindah ke negara lain. Kami berusaha mencegah hal itu. Beberapa dari mereka berasal dari Afrika Selatan,” kata Moreno-Ocampo.

Pejabat Libya mengatakan, Saif tampaknya khawatir tertangkap pasukan revolusioner, pasukan pemerintah ad interim Libya. Sebab, pasukan ini membunuh ayahnya secara keji. Ayahnya yang pernah memerintah 42 tahun itu telah membawa Libya menjadi negara besar dan disegani di Afrika.

Pihak Niamey tidak bersedia mengomentari pernyataan dari para pemimpin lokal Tuareg yang dikeluarkan sepekan terakhir. Menurut pemimpin lokal itu, Saif kemungkinan besar dibawa ke daerah pegunungan di perbatasan yang paling sensitif antara Aljazair dan Mali.

Perancis, salah satu pelopor dan pendukung kelompok perlawanan Khadafy, mengingatkan negara-negara Afrika untuk menyerahkan Saif al-Islam ke ICC. ”Kami tidak peduli dia pergi berjalan kaki, pakai pesawat, perahu, dengan mobil, atau unta, satu-satunya yang terpenting adalah badia harus diserahkan kepada ICC untuk diadili,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Perancis, Bernard Valero.

Seorang pejabat senior di Algadez mengatakan, mereka telah menerima wakil militer AS untuk pembicaraan tentang keamanan. Tidak disebutkan isi pertemuan.

(AFP/AP/REUTERS/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com