Namun, sejumlah pemimpin oposisi mengatakan, paket reformasi yang dilakukan rezim Presiden Bashar al-Assad tak cukup dan tak bermakna. Mereka mendesak Assad untuk mundur.
Paket reformasi yang dilakukan rezim Bashar al-Assad adalah diizinkan menggelar aksi unjuk rasa secara damai dan pembentukan partai politik.
Seorang tokoh oposisi yang bermukim di Damaskus, Qadri Jamil, seperti dikutip situs Aljazeera, mengatakan, dialog yang digelar pemerintah hanya sarana untuk mengulur-ulur waktu. Ia meminta pemerintah menggelar dialog hakiki karena solusi keamanan telah gagal.
”Di depan kita masih ada waktu satu atau dua bulan, setelah itu kita mencapai titik yang tak mungkin bisa kembali lagi,” tambahnya.
Seorang aktivis oposisi di kota Homs mempertanyakan apakah membunuh rakyat setiap hari itu adalah proses reformasi.
Menurut laporan PBB, unjuk rasa anti-Assad sejak Maret lalu menyebabkan 3.000 warga sipil tewas, di antaranya 187 anak kecil serta ribuan lainnya luka-luka. Kelompok oposisi mengklaim, pada Jumat lalu saja jatuh korban 40 tewas.