Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasukan Khusus Inggris Pimpin Operasi Buru Saif

Kompas.com - 26/10/2011, 16:16 WIB

TRIPOLI, KOMPAS.com - Pasukan khusus Inggris SAS diyakini memimpin operasi perburuan terhadap putra Moammar Khadafy, Saif al-Islam. Operasi ini melibatkan petempur Dewan Transisi Nasional (NTC) dan pasukan khusus Qatar, seperti dilansir Dailymail, Rabu (26/10/2011).

Perburuan itu dipusatkan di wilayah perbatasan Libya dengan Niger. Sebab seorang pejabat negara Afrika Barat itu mengatakan, Saif bergerak menuju negaranya dengan kawalan suku Tuareg.

Operasi ini harus berpacu dengan waktu demi mencegah Saif kabur ke negara-negara tetangga Libya. Seperti diketahui Saif menjadi buron Pengadilan Pidana Internasional untuk kejahatan perang.

Lelaki 39 tahun yang memegang rahasia 42 tahun pemerintahan Khadafy itu masih bebas dan kini dalam pelarian, menyusul tewasnya ayah dan Mutassim adiknya pada Kamis (20/10/2011).

Sumber-sumber intelijen meyakini Saif dan rombongannya berganti kendaraan agar tidak terlacak.

Pasukan pemburu Saif didukung pesawat mata-mata milik NATO untuk pencarian dari udara, juga peranti elektronik yang canggih untuk menangkap suara Saif jika sewaktu-waktu dia menggunakan telepon. Setiap telepon masuk bisa dilacak.

Intelijen Inggris kini memegang sejumlah nomor dari beberapa telepon milik Khadafy. Nomor-nomor itu termasuk milik Saadi dan Aisha. Seperti diberitakan, Saadi Khadafy kini menjadi tahanan rumah di Niger sementara Aisha sudah kabur ke Aljazair.

Namun mengawasi dan mengamankan perbatasan gurun sepanjang 4.300 kilometer merupakan hal sangat sulit. Seorang sumber intelijen menggambarkannya sebagai "pengayak... siapa saja bisa terselip karena terlalu luas dan kosong untuk mengamati sesuatu yang biasa saja".

Nasib Saif, yang bergelar doktor dari London School of Economics, akan menjadi perhatian sejumlah tokoh penting di Inggris.

Jika Saif tertangkap dan diajukan ke pengadilan, tak diragukan dia akan mengambil kesempatan itu untuk berbicara tentang hubungannya dengan sejumlah pejabat Inggris, termasuk Tony Blair.

Tahun lalu Saif menggambarkan Blair sebagai "sahabat keluarga" dan berkunjung ke Libya "berulang kali" sejak meninggalkan Downing Street, rumah dinas PM Inggris.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com