BRUSSELS, KOMPAS.com — NATO tidak berencana meninggalkan pasukannya di Libya setelah berakhirnya misi militer di negara itu, kata juru bicara NATO, Oana Lungescu, Senin (24/10/2011). "Sebuah operasi yang sangat kompleks, seperti Pelindung Bersatu ... tidak dapat diaktifkan atau dinonaktifkan seperti satu tombol. Hal ini membutuhkan beberapa waktu. Tetapi tidak ada niat untuk menempatkan angkatan bersenjata di lingkungan Libya setelah akhir operasi," kata Lungescu pada konferensi pers di Brussels.
Dia mengatakan, NATO membuat keputusan awal Jumat lalu untuk membubarkan misi di Libya pada akhir Oktober, dan menegaskan bahwa keputusan resmi diharapkan akan dilakukan dalam beberapa hari. Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen, Minggu, mengatakan, aliansi akan terus memantau situasi keamanan di Libya dan mempertahankan kapasitas untuk merespon ancaman terhadap warga sipil jika diperlukan.
Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi 1973, Maret lalu, dengan otorisasi misi NATO untuk melindungi warga sipil Libya dari serangan oleh pasukan pro-Khadafy, sebulan setelah pemberontakan melawan pemerintahan otoriter Kolonel Moammar Khadafy pecah di negara Afrika Utara itu.
Khadafy, yang telah memerintah Libya selama 42 tahun, rupanya segera dieksekusi setelah ditangkap oleh para pejuang Dewan Transisi Nasional (NTC) di dekat kota Sirte, Kamis lalu. Pihak berwenang Libya mendeklarasikan pembebasan Libya dari kekuasaan Khadafy pada hari Minggu dan menyerukan rekonsiliasi nasional.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.