KOMPAS.com - Konflik di Suriah makin memanas. Bahkan, bagi negara seperti Amerika Serikat, Suriah tak aman lagi. Maka dari itulah, berangkat dari alasan tersebut, AS menarik Duta Besar Robert Ford dari posisinya di Damaskus.
Warta AP, AFP, dan Al Jazeera pada Senin (24/10/211), menunjukkan, rupa-rupanya Suriah marah kepada Ford. Pasalnya, ia melakukan pertemuan dengan pihak oposisi yang ingin melengserkan Presiden Bashar al-Assad.
Sementara, bulan lalu, para pendukung al-Assad melempari Ford dengan tomat dan telur ketika dia sedang mengunjungi para pengunjuk rasa. Pemerintah Damaskus menuding Ford memicu kekerasan di negara yang dilanda unjuk rasa sejak Maret tahun ini.
Hingga kini, pemerintah mengerahkan aparat keamanan untuk menghadapi para pengunjuk rasa. Sekarang, diperkirakan 3.000 pengunjuk rasa tewas akibat tindakan kekerasan yang ditempuh aparat keamanan Suriah.
Seorang pejabat Departemen Luar Negeri Amerikat Serikat, yang tidak bersedia disebutkan namanya, mengatakan belum ada kepastian kapan Ford akan kembali ke posnya di Suriah. Sebelumnya, Ford pernah memberikan peringatan tentang maraknya konflik sektarian di Suriah jika pihak berwenang tetap menggunakan kekerasan untuk menghadapi kelompok pengunjuk rasa prodemokrasi.
Presiden Barack Obama menunjuk Fobert Ford sebagai duta besar pertama untuk Suriah setelah selama lima tahun lebih tidak ada duta besar AS di negara itu.
Pekan lalu, Liga Arab mendesak pihak-pihak yang berkonflik di Suriah bertemu untuk mencari solusi damai dari pertikaian berdarah di negara itu. Dalam seruan yang disampaikan saat sidang darurat Liga Arab di Mesir itu, perindungan kedua belah pihak tersebut bisa dilangsungkan selambatnya dalam 15 hari setelah seruan ini dilayangkan. Namun utusan Suriah tidak hadir dalam sidang darurat Liga Arab tersebut.
Suriah mendapatkan tekanan internasional untuk menghentikan kekerasan dalam upaya meredam unjuk rasa yang dimulai enam bulan lalu.