Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Museum Misrata dan Sisa Sirte

Kompas.com - 24/10/2011, 04:26 WIB

Memandangi koleksi tank, mortir, dan bom molotov di Misrata, Mokhtar Ahmed sangat gembira. Sementara di Sirte, Omar Befaila menyapu reruntuhan apa saja yang tadinya rumah dan tokonya. Inilah yang terjadi ketika debu pertempuran mengendap.

Para pemberontak membuat impian rakyat Libya menjadi sebuah kenyataan,” kata Mokhtar Ahmed, memandangi museum perang dadakan yang telah muncul di Jalan Tripoli di kota Misrata yang rusak oleh bom.

Barang yang dipamerkan di ”museum perang” itu diambil dari medan tempur di mana milisi yang setia kepada pemimpin Libya, Moammar Khadafy, yang ditangkap dan dibunuh pekan lalu, dikalahkan.

Sebuah papan tanda yang dipasang di sebuah tank yang ditembak sebuah pesawat tempur NATO bertuliskan ”Galeri Abu Shafshufa”, sebuah julukan bagi Khadafy, mengejek rambutnya yang keriting awut-awutan.

Tank rusak itu terletak bersebelahan dengan peluncur misil Grad, mortir, dan sebuah elang logam dengan rentang sayap 4 meter, penuh peluru, mencengkeram boneka Khadafy sebesar manusia di cakarnya.

Elang logam itu diambil dari atap rumah Khadafy di Tripoli. Bonekanya ditambahkan kemudian.

Barang lain yang dipamerkan antara lain sebuah kepalan tangan dari emas sedang menggenggam sebuah pesawat jet yang remuk, sebuah kendaraan lapis baja yang hangus, dan sejumlah radio rusak yang diambil dari milisi yang dikalahkan dalam pertempuran jalanan di seluruh Libya.

Sementara pemerintah transisi negara itu bergulat untuk menyusun masa depan yang damai dan demokratis menyusul tewasnya Khadafy di tangan pemberontak di kota asalnya, Sirte, hari Kamis, benda-benda yang dipamerkan di museum dadakan itu menimbulkan refleksi kekhawatiran dari sebagian penontonnya.

”Ada banyak senjata. Itu harus diambil kembali,” kata Hassan Mustafa Sadawi. Dia merujuk ke gudang senjata yang masih di tangan pasukan oposisi di sebuah negara yang penuh perpecahan suku.

”Tidak mungkin mempunyai stabilitas (di Libya). Kami akan balas dendam satu sama lain dari waktu ke waktu, mungkin,” katanya menambahkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com