Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Hambat Laju Ekonomi

Kompas.com - 24/10/2011, 04:21 WIB

Bangkok, Minggu - Banjir besar yang melanda Thailand dan negara tetangganya melumpuhkan perekonomian. Rantai pasokan pangan hingga ekspor terputus karena banyak jalan yang terendam. Pertumbuhan ekonomi Thailand diperkirakan menurun akibat bencana ini.

Daerah industri di tujuh kawasan industri di Provinsi Pathum Thani, Nonthaburi, masih terbenam sehingga mengganggu produksi dan menyebabkan ribuan pekerja diminta tinggal di rumah untuk sementara waktu.

Bank sentral menyatakan di Bangkok, Minggu (23/10), pertumbuhan ekonomi pada 2011 diperkirakan hanya mencapai 3 persen dari perkiraan sebelumnya 4,1 persen. Bahkan, menteri keuangan sebelumnya menyatakan, pertumbuhan tidak akan mencapai 2 persen mengingat banyak barang ekspor yang tidak dapat diproduksi. Thailand merupakan negara dengan kekuatan ekonomi kedua terbesar di Asia Tenggara. Perekonomian Thailand sangat tergantung pada ekspor. Sektor industri pariwisata Thailand juga terpukul akibat banjir ini.

”Thailand diperkirakan memerlukan waktu enam bulan untuk bangkit dari banjir terburuk dalam 50 tahun terakhir ini,” ujar Siri Ganjarerndee, salah seorang anggota Komite Kebijakan Moneter Bank Sentral Thailand. Dia mengatakan, saat ini sedang dikaji apakah bank sentral harus mengubah kebijakan moneternya karena bencana ini. Banjir memengaruhi konsumsi domestik dan investasi. Bank sentral memperkirakan kerugian akibat banjir ini sebesar 100 miliar baht atau 3,3 miliar dollar AS dan siap melonggarkan kebijakan moneternya jika diperlukan. Sekitar 650.000 orang tidak dapat bekerja selama bencana ini terjadi.

Lindungi industri

Tentara pada akhir pekan lalu berupaya menyelamatkan kawasan industri Lat Krabang dan Bangchan dari terjangan air dengan membangun tembok-tembok. Meskipun demikian, pemimpin Angkatan Bersenjata, Prayuth Chan-ocha, menyatakan, tidak dapat menjamin kawasan yang merupakan urat nadi perekonomian tersebut akan terbebas dari banjir. ”Kami terus bekerja keras, tetapi tidak dapat menjamin 100 persen kawasan ini tidak akan diterjang banjir,” kata Prayuth.

Di Lat Krabang terdapat 254 pabrik dan 49 di antaranya adalah pabrik Jepang. Sementara di Bangchan ada 90 pabrik. Pabrik di kedua kawasan industri tersebut memproduksi berbagai macam barang seperti mobil, makanan dan minuman, serta barang elektronik.

Perusahaan besar seperti Honda, Isuzu Motors, dan Unilever beroperasi di kedua kawasan industri tersebut. Produsen mobil Jepang sangat merugi karena banjir besar ini. Produksi berkurang hingga 6.000 unit kendaraan dalam satu hari. Sementara perusahaan besar seperti Intel, Apple, dan Dell juga dapat terpengaruh karena tergantung dari pasokan perangkat keras dari pabrik-pabrik di Thailand.

Tidak hanya itu, para pedagang beras juga memperkirakan pasokan beras akan berkurang sekitar 2 juta ton. Thailand merupakan salah satu pengekspor beras terbesar dunia.

Pasar saham juga turun drastis karena para investor mengkhawatirkan dampak banjir ini terhadap perekonomian Thailand dan kinerja perusahaan. Hari Kamis saja indeks sudah turun 3,1 persen dalam satu hari. ”Pasar saham kami terjepit antara faktor negatif dari luar dan situasi banjir yang semakin buruk. Dengan situasi seperti ini, indeks saham akan terus tertekan,” ujar Aphisit Limsupanark dari OKS Securities.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com