Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan Panjang Sang Kolonel

Kompas.com - 23/10/2011, 03:09 WIB

Selain itu, Khadafy juga terus membangun kultus individu terhadap dirinya. Seiring waktu kekuasaannya semakin kuat mencengkeram berbagai sendi kehidupan di Libya, terutama dengan memanfaatkan mekanisme patronasi dirinya dan kontrol ketat dari negara.

Lambat laun, sosok Khadafy pun semakin berubah. Selain hidup nyentrik dengan gaya berbusananya yang unik, ia juga dikelilingi para pengawal wanita terlatih untuk membunuh dan hanya setia kepada dirinya. Selain gaya hidup mewahnya dan seluruh keluarganya, Khadafy juga menjadi lebih otoriter dan kejam.

Lebih dari empat dekade pemerintahannya, Libya dipenuhi pertumpahan darah. Dia juga menolak turun dari tampuk kekuasaannya. Libya memang kaya raya dengan produksi minyaknya yang berlimpah. Pendidikan dan kesehatan dijamin sepenuhnya oleh pemerintah.

Namun, Khadafy gagal membuat rakyat yang dipimpinnya ikut merasakan kekayaan dan kemakmuran itu. Semua kemewahan hanya menjadi monopoli Khadafy, keluarga, dan orang- orang yang ada di dalam lingkar kekuasaannya.

Awal kediktatoran

Periode terburuk kepemimpinan Khadafy dipercaya terjadi mulai era 1980-an ketika dia bereksperimen atas rakyatnya sendiri, terutama dengan menggelar semacam gerakan ”revolusi budaya”. Khadafy melarang semua perusahaan swasta dan juga memerintahkan pembakaran buku-buku yang menurutnya tidak sehat.

Dia juga membunuhi para pembangkang yang tinggal di luar negeri, memberangus kebebasan berpendapat dan berkumpul, serta menerapkan berbagai macam praktik represif terhadap mereka yang dianggap melawan dan tidak sejalan dengan dirinya.

Salah satu insiden terkenal ketika pada April 1984, sebuah aksi unjuk rasa damai anti-Khadafy di depan Kedutaan Besar Libya di London, Inggris, berubah menjadi kekacauan. Seorang perwira polisi muda Inggris, Yvonne Fletcher, tewas tertembak.

Sikap nyentrik Khadafy juga tampak ketika dia ”menampung” dan melatih kelompok- kelompok militan dari berbagai penjuru dunia, termasuk Irish Republican Army (IRA) dan Palestine Liberation Organization (PLO), di negaranya.

Hal itu memicu kemarahan AS, yang saat itu dipimpin Presiden Ronald Reagan. Oleh Reagan, Khadafy disebut sebagai seekor ”anjing gila” dan memerintahkan sebuah serangan mematikan dengan mengerahkan serangan udara ke kota Tripoli dan Benghazi pada 15 April 1986.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com