Sebagai seorang perwira pertama angkatan bersenjata Libya, Khadafy, yang saat itu masih berusia 27 tahun dan sangat
Sedemikian terpengaruhnya dia sampai-sampai sang perwira muda lulusan akademi militer Libya itu mulai mematangkan dan akhirnya menjalankan skenario kudeta militernya menggulingkan pemerintahan monarki Libya ketika itu, pimpinan Raja Idris, yang didukung Pemerintah Inggris.
Pascakudeta tak berdarah
Lebih lanjut, untuk melanggengkan kekuasaannya, pria kelahiran Sirte, 7 Juni 1942, itu membangun sendiri filosofi politiknya. Dia ”mengoplos” gagasan Nasser tentang nasionalisme Arab, sosialisme, dan idealisme dalam Islam.
Dari situ lahirlah kemudian tiga jilid buku filosofi politik Khadafy, dikenal dengan sebutan ”Buku Hijau”, yang resmi dipublikasikan tahun 1975.
Dua tahun kemudian, dia memproklamirkan sebuah paham baru, ”Jamahiriya”, yang berarti pemerintahan yang dipimpin oleh jemaah atau kelompok-kelompok.
Secara konkret, menurut versi Khadafy, demokrasi di Libya adalah sebuah demokrasi yang dipimpin oleh Dewan Revolusioner dari kelompok-kelompok lokal, yang pada ujungnya kembali terkonsentrasi di bawah kekuasaannya sendiri.
Selain itu, Khadafy juga diketahui sangat ahli sebagai seorang manipulator politik. Dia mampu mendekati dan bahkan saling mengadu domba suku-suku yang banyak tersebar di Libya.
Tidak hanya dimanipulasi agar saling berkelahi sendiri, Khadafy juga memanfaatkan mereka untuk menghantam institusi atau kelompok lain yang tidak disukainya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.