Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Transmigran di Sulut Terancam Kelaparan

Kompas.com - 20/10/2011, 21:20 WIB
Jean Rizal Layuck

Penulis

MANADO, KOMPAS.com — Ancaman kelaparan dialami transmigran asal Nusa Tenggara Timur dan Jawa Timur, yang menempati lokasi transmigrasi di Desa Wioi Timur, Kecamatan Wioi, Kabupaten Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara. Sebagian dari mereka mengaku bertahan hidup dengan makan pisang dan tanaman umbi-umbian.

Oding Rantung dan Novi Kolinu dari LSM Patokan Esa, yang mengadvokasi warga transmigran di Manado, Kamis (20/10/2011), mengatakan, ancaman kelaparan terjadi setelah pemerintah menghentikan jatah hidup transmigran.

"Mereka berdiam di lokasi tanpa dapat berbuat apa-apa. Untuk mendapatkan beras, mereka berharap dari bantuan orang. Sungguh memprihatinkan kehidupan mereka," kata Oding.

Menurut Oding, sebanyak 50 keluarga transmigran dari Atambua, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Jember, Jawa Timur, hidup terlunta-lunta. Dua keluarga transmigran asal NTT telah pulang ke Kupang karena tidak tahan hidup di lokasi transmigrasi.

Para transmigran itu, ujar Oding, tidak mendapat lahan garapan perkebunan sejak mereka berada di sana pada 18 Desember 2009. Padahal, mereka dijanjikan mendapatkan lahan seluas dua hektar. Fasilitas air dan listrik juga tidak ada. Bahkan, rumah yang mereka tempati berdiri di atas lahan orang.

Sekretaris Daerah Kabupaten Minahasa Tenggara Freddy Lendo, ketika dikonfirmasi hal itu, mengatakan tidak tahu-menahu. "Saya tidak tahu karena saya baru di sini. Nanti saya cek di lokasi," katanya.

Proyek transmigrasi itu dinyatakan gagal oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sulawesi Utara Boyke Rompas ketika bertemu Direktur Jenderal Pembinaan Pembangunan Kawasan Transmigrasi Djamaludin Malik di Manado, beberapa waktu lalu.

Proyek bernilai Rp 21 miliar dan dilaksanakan sejak 2009 itu gagal menyediakan fasilitas yang memadai dan manusiawi. Kondisi proyek transmigrasi di kawasan itu tidak sesuai dengan peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi mengenai tata cara pengiriman dan penerimaan transmigran.

"Hampir semua ketentuan permenakertrans dilanggar. Saya sudah beberapa kali ke lokasi," ujar Oding.  

Kompas beberapa waktu lalu ke lokasi dan melaporkan banyak transmigran yang sakit karena kurang makan. Andrea Amaral, transmigran asal Atambua, mengatakan, kesulitan hidup para transmigran dirasakan sejak 2010, ketika mereka tidak mendapat jatah hidup berupa pemberian beras dan ikan asin setiap bulan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com