Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Gagalkan Rencana Iran Bunuh Dubes Saudi

Kompas.com - 12/10/2011, 10:10 WIB

WASHINGTON, KOMPAS.com — Agen-agen AS menggagalkan rencana Iran untuk melakukan pembunuhan, dengan skema pembunuh bayaran, terhadap Duta Besar Arab Saudi untuk AS, kata Jaksa Agung AS Eric Holder, Selasa (11/10/2011). Holder mengatakan, sejumlah elemen Pemerintah Iran terlibat dalam menyusun rencana itu.

Seorang warga AS hasil naturalisasi yang memegang paspor Iran dan AS serta seorang anggota Pengawal Revolusi Iran menghadapi tuduhan konspirasi terkait rencana tersebut. "Selain menahan anggota komplotan terkait tanggung jawab mereka dalam rencana itu, Amerika Serikat berkomitmen untuk meminta tanggung jawab Iran atas tindakannya," kata Holder kepada wartawan.

Juru bicara Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, Ali Akbar Javanfekr, mengatakan, Pemerintah Iran sedang menunggu rincian tuduhan itu. Namun, ia melukiskan, tuduhan itu sebagai sebuah "bikinan" Pemerintah AS dalam usaha untuk mengalihkan perhatian warga Amerika. "Mereka ingin mengalihkan pikiran publik dari masalah-masalah dalam negeri yang serius yang mereka sedang hadapi hari-hari ini dan menakut-nakuti mereka dengan masalah yang dibuat di luar negara itu," kata Javanfekr.

Kedutaan Besar Kerajaan Arab Saudi di Washington mengeluarkan sebuah pernyataan pada Selasa yang menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak berwenang AS atas pembongkaran rencana tersebut. "Upaya komplotan itu merupakan pelanggaran norma, standar, dan konvensi internasional serta tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kemanusiaan," bunyi pernyataan kedutaan tersebut.

Menurut para pejabat AS, Duta Besar Saudi bukan satu-satunya target. Para tersangka juga membahas serangan terhadap kedutaan besar Israel dan Saudi di Washington dan mungkin di Buenos Aires, Argentina, kata seorang pejabat senior AS.

Namun, tidak jelas mengapa Iran menargetkan Duta Besar Saudi, atau bagaimana pengetahuan atau persetujuan akan rencana itu dalam pemerintahan Ahmadinejad. Holder berulang kali menyebut bahwa mereka yang bertanggung jawab merupakan "faksi" dan "elemen" dari Pemerintah Iran.

Dua tertuduh, yaitu Manssor Arbabsiar (56), merupakan warga AS hasil naturalisasi, dan Gholam Shakuri, seorang anggota Pengawal Revolusi Iran yang berbasis di Iran. Mereka dituduh melakukan konspirasi untuk membunuh seorang pejabat asing, konspirasi untuk menggunakan senjata pemusnah massal, dan konspirasi untuk melakukan suatu tindakan terorisme, demikian sebuah pernyataan tertulis (affidavit) agen FBI yang dirilis pada Selasa. Menurut FBI, Arbabsiar ditangkap September, sementara Shakuri masih buron.

Pihak berwenang mengembangkan kasus mereka dengan bantuan seorang informan yang menyamar sebagai seorang penghubung dari sebuah kartel narkoba Meksiko, demikian kata para pejabat dan dokumen pengadilan. Kedua orang itu berada dalam sebuah kelompok yang sedang merencanakan pembunuhan Duta Besar Saudi, Adel Al-Jubeir, kata affidavit tersebut.

Arbabsiar dan informan yang menyamar itu dituduh telah membahas penggunaan bahan peledak untuk membunuh duta besar itu dan kemungkinan serangan terhadap sebuah restoran yang ramai. Informan itu menyebut angka 1,5 juta dollar AS sebagai tarifnya, kata dokumen pengadilan. Arbabsiar dituduh telah mengirimkan 100.000 dollar sebagai uang muka, kata dokumen pengadilan itu lagi.

Rencana tersebut terbaca "seperti naskah Hollywood," tetapi implikasinya nyata, kata Direktur FBI Robert Mueller. "Kasus ini menggambarkan bahwa kita hidup di dunia di mana perbatasan dan sekat-sekat semakin tidak relevan, sebuah dunia di mana orang-orang dari satu negara berusaha untuk berkonspirasi dengan sebuah kartel perdagangan narkoba di negara lain demi membunuh seorang pejabat asing di wilayah Amerika Serikat," katanya.

Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, Selasa, mengatakan, tindakan tambahan untuk lebih mengisolasi rezim Iran akan dipertimbangkan. Seorang pejabat lain AS, Selasa, mengatakan, AS juga akan mengangkat masalah itu ke Dewan Keamanan PBB dan anggota lain dari komunitas internasional.

Tak lama setelah Pemerintah AS merilis rincian tentang tuduhan itu, Selasa, Departemen Keuangan AS mengumumkan sanksi terhadap Arbabsiar, Shakuri, dan tiga orang lain yang terkait dengan rencana tersebut.

Para pejabat AS menduga kasus itu melibatkan Pasukan Quds, cabang dari Korps Pengawal Revolusi Islam Iran, yang terlibat dalam sejumlah operasi Iran di luar negeri. Pasukan Quds dituduh para pejabat AS mensponsori serangan terhadap pasukan Amerika dan koalisi di Irak. Pada Oktober 2007 Departemen Keuangan AS menyebut Pasukan Quds sebagai "penyedia material bagi organisasi teroris Taliban dan lainnya."

Arab Saudi sering dianggap saingan regional Iran dan kedua negara itu memang berselisih. Para pemimpin Arab yang bermazhab Suni beberapa kali membahas secara langsung keterlibatan di Irak setelah penarikan militer AS, demikian menurut sebuah laporan Dewan Hubungan Luar Negeri AS. Iran secara luas mendukung milisi Syiah di Irak.

Juru bicara kementerian luar negeri Iran, Ramin Mehmanparast, Selasa, mengatakan, hubungan Iran dengan Arab Saudi "berdasarkan pada saling menghormati," lapor kantor berita semiresmi, Mehr. "Membuat tuduhan palsu semacam itu tidak akan mendapatkan apa-apa, dan tidak akan memengaruhi opini publik," kata Ramin Mehmanparast seperti dikutip Mehr.

Namun, pasukan keamanan Saudi kini khawatir bahwa Iran mungkin mencoba untuk menimbulkan kerusuhan selama musim haji mendatang di Arab Saudi, kata seorang penasihat senior Saudi yang tidak berwenang berbicara kepada media. "Kami memperkirakan yang terburuk, dan kami pikir Iran mampu memanfaatkan siapa pun dari negara mana pun untuk menimbulkan masalah selama musim haji," kata penasihat itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com