Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penganut Koptik Berduka

Kompas.com - 11/10/2011, 07:40 WIB

KAIRO, KOMPAS.com — Penganut Kristen Koptik di Mesir berduka dengan tewasnya 25 orang dalam bentrokan yang terjadi ketika tentara Mesir membubarkan unjuk rasa, Minggu (9/10). Insiden ini adalah yang paling banyak memakan korban sejak tumbangnya mantan Presiden Hosni Mubarak.

Kendaraan militer bersenjata merangsek ke kerumunan massa yang berkerumun di dekat stasiun televisi, Minggu malam. Tayangan video yang beredar di internet memperlihatkan sejumlah pengunjuk rasa bergelimpangan di jalan. Aktivis prodemokrasi mengaku melihat beberapa korban kemudian dilindas mobil tentara.

Jalan di sekitar stasiun televisi mulai dibersihkan dari bekas kekacauan pada Senin pagi. Namun, bangkai kendaraan yang remuk dan hangus terbakar berserak di sekitar Rumah Sakit Koptik, yang juga menjadi lokasi bentrokan.

Unjuk rasa dipicu kemarahan penganut Kristen Koptik atas penyerbuan terhadap sebuah gereja di Aswan, Mesir selatan. Namun, protes mereka langsung mendapat perlawanan tentara.

Ketegangan antara warga Muslim dan minoritas Kristen Koptik di Mesir telah berlangsung bertahun-tahun dan memburuk sejak berkobarnya revolusi anti-Mubarak. Tergulingnya Mubarak dari kursi presiden mengawali kebangkitan kaum Salafi dan kelompok Islam lainnya yang ditekan pemerintah pada era kekuasaan Mubarak.

Aktivis Muslim dan Kristen sama-sama melampiaskan kemarahan mereka atas insiden Minggu malam itu kepada tentara. Sebelumnya, militer yang berkuasa juga berada dalam tekanan karena gagal memberikan kerangka waktu yang pasti untuk menyerahkan kekuasaan pada kelompok sipil.

”Mengapa mereka tidak melakukan hal ini pada kelompok Salafi atau Ikhwanul Muslimin saat mereka menggelar unjuk rasa? Ini bukan negara saya lagi,” teriak Alfred Younan di depan RS Koptik, tempat sebagian besar korban disemayamkan.

Langkah mundur

Kekerasan ini membayangi pemilu parlemen pertama Mesir sejak tumbangnya Mesir, yang dijadwalkan pada 28 November.

”Bukannya maju untuk membangun negara modern yang berdasarkan demokrasi, kita malah melangkah mundur mencari keamanan dan stabilitas, khawatir adanya tangan tersembunyi, di dalam ataupun luar negeri, yang merintangi upaya bangsa Mesir menegakkan demokrasi,” kata Perdana Menteri Mesir Essam Sharaf di televisi negara.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com