Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Hu Dorong Unifikasi dengan Taiwan

Kompas.com - 09/10/2011, 15:24 WIB
Hindra Liu

Penulis

BEIJING, KOMPAS.com - Presiden Republik Rakyat China Hu Jintao menyatakan, akan melanjutkan hubungan dengan Taiwan. Hal itu dikatakannya pada peringatan seratus tahun revolusi yang mengakhiri kekuasaan kekaisaran, Minggu (9/10/2011).

Presiden Hu mengatakan, kedua negara harus bergerak melampaui sejarah yang memisahkan mereka dan fokus pada kepentingan ekonomi dan budaya. Hu Jintao, pada upacara di Balai Agung Rakyat di Beijing, menyatakan bahwa China dan Taiwan harus mengakhiri antagonisme, "menyembuhkan luka masa lalu dan bekerja sama untuk mencapai pembaruan besar bangsa China."

"Mencapai reunifikasi melalui cara damai dapat melayani kepentingan fundamental dari bangsa China, termasuk teman-teman kami di Taiwan," kata Hu.

Hu juga menambahkan, China dan Taiwan harus meningkatkan daya saing ekonomi, mempromosikan budaya China, dan membangun identitas nasional. Selama pemerintahannya, Presiden Hu telah berusaha untuk tidak menggunakan cara-cara mengancam sebagai respon penolakan Taiwan untuk bersatu dengan China daratan.

Cara ancaman ini telah menjadi karakter pemerintah China sejak lama. Pemerintahan Presideh Hu telah melakukan pembicaraan untuk mengakhiri permusuhan dengan Taiwan. Ketegangan juga telah menurun ketika Presiden Taiwan Ma Ying-jeou memfasilitasi sejumlah perjanjian perdagangan yang menghubungkan ekonomi berteknologi tinggi Taiwan dengan pasar China yang menguntungkan.

Pada hari Minggu, sebuah potret besar pendiri China modern, Sun Yat-Sen, tergantung di atas panggung. Tepat di bawah potret tersebut, duduk para mantan pemimpin China, termasuk mantan presiden Jiang Zemin. Upacara di Beijing memeringati pemberontakan bersenjata yang dipimpin oleh pemberontak yang terkait dengan pemimpin revolusioner Sun di garnisun Dinasti Qing pada 10 Oktober 1911. Serangan itu menyebabkan penggulingan kekuasaan kekaisaran dan memunculkan harapan bahwa China bisa terbebas dari jajahan bangsa asing selama satu setengah abad.

Republik China didirikan dua setengah bulan kemudian. Tak lama setelah itu, terjadi perang sipil di China. Perang tersebut diakhiri dengan kemenangan Partai Komunis pimpinan Mao Zedong atas kubu nasionalis pimpinan Chiang Kai-shek pada 1949. Kalah, dirinya pun melarikan diri ke Taiwan.

Hingga saat ini, China menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya. Dalam sambutannya, Presiden Hu mengatakan Sun "seorang pahlawan nasional yang besar, seorang patriot besar dan pemimpin besar revolusi demokratik China."

Presiden Hu juga mengatakan, Partai Komunis adalah "inti kekuatan" yang mendorong keberhasilan China.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com