Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ulang Tahun Ke-80 Tutu Amat Meriah

Kompas.com - 09/10/2011, 02:28 WIB

cape town, jumat - Ikon rekonsiliasi dan perdamaian Afrika Selatan, Uskup Agung Desmond Tutu, merayakan hari ulang tahun ke-80 pada 7 Oktober lalu di Cape Town, Afrika Selatan. Para selebriti dunia tumpah ruah ke Johannesburg, di antaranya Bono dari U2.

Lokasi acara ulang tahun diadakan di sebuah gereja Anglikan, tempat dia pernah berpidato untuk mengecam apartheid. Afrika Selatan adalah negara yang ratusan tahun dijajah dan dikuasai segelintir elite kulit putih, yang menekan warga kulit hitam.

Menjelang hari ulang tahunnya, dia mengkritik partai penguasa Afsel (Kongres Nasional Afrika/ANC). Ia mengatakan, ANC yang kini berkuasa di pemerintahan bahkan jauh lebih buruk dalam tingkat hal tertentu.

Ketimpangan, struktur kepemilikan ekonomi yang sejak lama dikuasai kelompok kulit putih, tetap tidak berubah. Kriminalitas dan korupsi tidak kunjung berubah drastis di Afsel, yang sejak tahun 1994 dikuasai ANC.

Tutu juga marah karena Dalai Lama gagal mendapatkan visa dari Pemerintah Afsel. Ia mengatakan hal itu sebagai cacat nasional. Dia marah karena menilai Presiden Afsel Jacon Zuma lebih mementingkan hubungan ekonomi dengan China sehingga tidak bisa memutuskan pemberian visa kepada Dalai Lama.

Namun, Tutu mengucapkan terima kasih kepada Wakil Presiden Afsel Kgalema Motlanthe karena turut hadir pada acara ulang tahun itu. Sepekan lalu, Motlanthe berada di Beijing untuk bertemu dengan para pejabat China.

Dalam kunjungan itu, para pejabat China meminta Afsel agar tidak menerima kedatangan Dalai Lama sekaligus menjanjikan investasi senilai 2,5 miliar dollar AS untuk Afsel. ”Terima kasih telah datang meski ada sedikit hiruk-pikuk,” kata Tutu.

Acuan moralitas

Tutu meraih Hadiah Nobel Perdamaian 1984 atas sikapnya yang melawan secara konsisten minoritas kulit putih. Hingga kini dia tetap merupakan salah satu selebriti dunia dan masih tetap dianggap sebagai acuan moralitas di Afsel.

Para bintang musik dunia, seperti Bono dari U2, rohaniwan dunia dari beberapa agama memadati Katedral St Georges di Cape Town untuk acara agama demi perayaan hari ulang tahunnya. Nuansa Afrika dalam pesta ulang tahunnya amat terasa dalam pesta di luar gereja.

Namun, Zuma tetap menyanjung Tutu. Ia mengatakan, Tutu adalah tokoh nasional yang amat disegani dan nasihatnya selalu didengar. Selain itu, Tutu juga tokoh perlawanan yang menolak aksi kekerasan.

Kegagalan Afsel memberi visa kepada Dalai Lama dianggap sebagai simbol kegagalan ANC melanjutkan perlawanan pada apartheid, termasuk tekanan China dengan iming-iming investasi.

Lepas dari gangguan itu, Tutu juga dianggap terhormat oleh banyak elite. Ia juga tetap dianggap sebagai acuan integritas. ”Dia memiliki gravitasi, yang tidak dimiliki pemimpin lain. Ia mengatakan sesuatu yang siap untuk didengar orang lain,” kata Susan Booysen, pakar politik dari Wits University.

Pernah dihambat

Pamor Tutu dibangun sejak era apartheid berkuasa. Posisinya sebagai uskup di tengah penindasan membuatnya harapan warga. Ia menyerukan kesetaraan, termasuk pendidikan di negara yang kini berpenduduk 50 juta jiwa itu.

Karena kritiknya, dia pernah dihambat bepergian saat pemerintahan apartheid memblokir paspornya. Hal ini kemudian malah memunculkan kecaman internasional sekaligus dukungan luar biasa kepada Tutu.

Dia dikaruniai Nobel Perdamaian pada tahun 1984, dua tahun setelah dia menjadi Uskup Agung pertama dari warga kulit hitam di Cape Town. Setelah itu, tuntutan memuncak pada pemerintahan kulit putih agar bernegosiasi dengan ANC. Hal ini kemudian berdampak positif berupa pembebasan Nelson Mandela pada tahun 1990. Mandela kemudian menjadi Presiden Afsel.

Saat Mandela berkuasa pada tahun 1994, Tutu diangkat menjadi Ketua Komite Kebenaran dan Rekonsiliasi, lembaga yang mengevaluasi penyalahgunaan kekuasaan apartheid.

Setelah pensiun sebagai Uskup Agung satu dekade lalu, Tutu mendirikan yayasan yang bernapaskan perdamaian dan sibuk memberikan nasihat politik kepada beberapa pemimpin dunia. ”Tutu tetap memiliki tempat di sanubari warga,” kata Nic Borain, analis politik Afsel.

Semua pujian mengalir saat perayaan ulang tahun di gereja lewat pidato-pidato sejumlah undangan. Terkadang Tutu terlihat menangis dan air matanya diseka dengan sapu tangan oleh istrinya, Leah (56).

Uskup Agung Cape Town Thabo Makgoba juga memuji spiritualitas dan keberanian Tutu. ”Berakar pada keyakinan itu, dia melakukan sesuatu yang oleh banyak orang malah ingin dihindari. Dia sungguh ingin menekankan pentingnya sebuah keunikan sekaligus kehebatan dari perbedaan,” kata Makgoba.

Pidato Dalai Lama

Tak ketinggalan, acara ulang tahun Tutu juga diiringi dengan penyampaian pidato Dalai Lama lewat telekonferensi yang disiarkan secara nasional. Sebuah kursi kosong untuk Dalai Lama juga disiapkan khusus untuknya di sebuah acara di University of Western Cape.

Dalai Lama juga berkesempatan mengecam otoritas China. Ia menyebutkan sensor yang amat keterlaluan di China. Dalai Lama menuduh China tidak bermoral.

”Beberapa pejabat China menyebut saya sebagai setan, tetapi sebagian lagi malah takut dengan setan,” kata Dalai Lama. ”Awalnya, saya sakit hati dengan tuduhan itu, tetapi kemudian saya tertawa karena itu saya langsung bereaksi dengan mengatakan bahwa saya memang bertanduk,” kata Dalai Lama dalam pidatonya, merujuk pada setan yang diasosiasikan sejumlah kalangan sebagai makhluk bertanduk. (REUTERS/AP/AFP/MON)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com