Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakistan Akan Repatriasi Para Istri Osama

Kompas.com - 08/10/2011, 13:15 WIB

ISLAMABAD, KOMPAS.com - Pakistan telah menghubungi pemerintah Arab Saudi dan Yaman untuk mengatur pemulangan tiga istri Osama bin Laden, kata para pejabat keamanan Pakistan kepada CNN, Jumat (7/10/2011). Pembicaraan prihal pemulangan itu muncul sehari setelah sebuah komisi pemerintah Pakistan merekomendasikan pencabutan pembatasan bepergian bagi keluarga Bin Laden.

Tidak jelas kapan pembicaraan itu dimulai. Namun para pejabat keamanan itu mengatakan, Pakistan telah membuat keputusan untuk mengirim para istri itu kembali ke negara asal mereka. Para pejabat itu meminta tidak diidentifikasi karena mereka tidak berwenang berbicara kepada media.

Tiga istri dan delapan anak Bin Laden ditahan di Pakistan setelah serbuan pada 2 Mei lalu oleh pasukan khusus AS yang menewaskan pemimpin Al-Qaeda tersebut. Istri Bin Laden asal Yaman yang masih 29 tahun, Amal Ahmed Abdulfattah, terluka dalam serangan itu. Seorang pejabat AS mengidentifikasi dua perempuan lainnya sebagai Khairiah Sabar, atau Umm Hamza, dan Siham Sabar, atau Ummu Khalid.

Komisi Pakistan yang sama, Kamis, merekomendasikan tuduhan pengkhianatan terhadap seorang dokter yang dicurigai membantu CIA ketika memburu Bin Laden. "Sebuah kasus konspirasi melawan negara Pakistan dan pengkhianatan tinggi ditimpakan terhadap Dr Shakeel Afridi," kata Kementerian Informasi negara itu. Rekomendasi itu tidak mengikat. Namun tidak jelas apakah pemerintah akan menindakan lanjuti rekomendasi tersebut.

Afridi dituduh telah membantu CIA ketika menggelar vaksinasi yang sesungguhnya berupaya untuk mengumpulkan sampel DNA dari orang-orang yang tinggal di kompleks Bin Laden di Abbottabad. Amerika Serikat telah berulang kali meminta pembebasan dokter itu, kata seorang pejabat AS, yang menolak untuk berkomentar lebih lanjut.

Pasukan keamanan Pakistan telah menahan dokter itu Juli lalu, kata seorang pejabat senior keamanan Pakistan pada saat itu. Ia masih berada dalam tahanan. Tidak jelas apakah ada pengacara yang mendampinginya.

Harian Inggris, The Guardian, melaporkan pada tahun ini bahwa dalam mengumpulkan informasi intelijen untuk serangan pada 2 Mei itu, CIA merekrut seorang dokter Pakistan guna menjalankan program vaksinasi di daerah tersebut. Tujuannya untuk mendapatkan bukti DNA dari anggota keluarga Bin Laden, kata harian itu, yang mengutip sumber para pejabat Pakistan dan AS yang tidak disebutkan namanya.

DNA siapa saja yang diperoleh dari orang-orang di dalam kompleks itu akan dibandingkan dengan sampel DNA milik saudari Bin Laden, yang meninggal di Boston tahun 2010. Adanya kecocokan DNA akan menjadi bukti bahwa keluarga Bin Laden berada kompleks tersebut, lapor The Guardian.

Warga sekitar mengatakan kepada CNN bahwa dua perempuan yang tampaknya perawat mengunjungi rumah-rumah dan menawarkan vaksinasi gratis. "Ini merupakan salah satu bagian yang sangat kecil dari upaya intelijen yang sangat besar dalam menentukan apakah Bin Laden berada di kompleks itu atau tidak," kata seorang pejabat senior AS kepada CNN.

Kampanye vaksinasi itu terjadi sesaat sebelum pasukan AS menyerbu kompleks tersebut, kata seorang pejabat senior Amerika Serikat. "Orang perlu menempatkan hal itu dalam perspektif tertentu," tambah pejabat itu. "Kampanye vaksinasi itu merupakan bagian dari perburuan terhadap teroris penting dunia, tidak lebih dari itu. Jika Amerika Serikat tidak melakukan kreativitas semacam itu, orang akan menggaruk-garuk kepala mereka sambil bertanya, mengapa tidak menggunakan semua kemungkinan yang ada untuk menemukan Bin Laden."

Laporan Komisi Pakistan itu juga mengatakan, rumah tempat tinggal Bin Laden akan diserahkan kepada pemerintah kota. Pada bagian lain, komisi itu juga mengatakan, pihak berwenang telah selesai menanyai anggota keluarga Bin Laden.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com