Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Klaim Taliban atas Perang Afganistan

Kompas.com - 08/10/2011, 03:45 WIB

KABUL, KOMPAS.com Taliban berjanji akan melanjutkan perang sampai semua pasukan asing meninggalkan Afganistan. Pernyataan tersebut disampaikan juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, Jumat (7/10/2011), dalam pernyataan berbahasa Inggris yang menandai 10 tahun operasi militer AS di negara tersebut.

Perang kelompok itu dalam satu dasawarsa terakhir, "Bahkan dengan persenjataan dan peralatan tidak memadai... memaksa pasukan penjajah, yang berniat tinggal selamanya, memikirkan ulang posisi mereka," kata Mujahid.

Presiden Hamid Karzai dan para pendukung Barat sepakat bahwa semua pasukan asing akan pulang ke negara mereka sebelum akhir 2014, tetapi Barat menjanjikan dukungan yang berlanjut setelah masa itu dalam bentuk dana dan pelatihan bagi pasukan keamanan Afganistan.

Tanggal 7 Oktober merupakan peringatan ke-10 tahun operasi militer AS di Afganistan, yang diluncurkan setelah serangan-serangan 11 September 2001 di AS dan yang membantu menggulingkan Pemerintah Taliban dari kekuasaan.

Seorang juru bicara pasukan pimpinan NATO yang berperang di Afganistan mengatakan, mereka tidak mempunyai rencana untuk memperingati invasi itu.

Namun, kemajuan dalam perang itu dipersoalkan, dengan kedua pihak mengklaim berada di atas angin. "Dengan berlalu jihad 10 tahun rakyat Afganistan yang membanggakan terhadap pasukan invasi, kami harus mengingatkan bahwa kemenangan Ilahi bersama kami," kata Mujahid melalui pesan e-mail.

"Jika kami berpegang kuat pada tali Allah, menghindari ketidaktulusan, perseteruan, kemunafikan, dan keburukan-keburukan lain, maka dengan bantuan Allah, musuh kami akan terpaksa meninggalkan negara kami sepenuhnya," katanya lagi.

Gerilyawan meningkatkan serangan pembunuhan terhadap politikus, termasuk yang menewaskan Ahmed Wali Karzai, adik Presiden Hamid Karzai, pada Juli di Kandahar, dan utusan perdamaian Burhanuddin Rabbani bulan lalu di Kabul.

Konflik meningkat di Afganistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.

Sebanyak 711 prajurit asing tewas dalam perang di Afganistan sepanjang tahun lalu, yang menjadikan 2010 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan asing, menurut hitungan kantor berita AFP yang berdasarkan atas situs independen icasualties.org.

Jumlah kematian sipil juga meningkat, dan Kementerian Dalam Negeri Afganistan mengumumkan bahwa 2.043 warga sipil tewas pada 2010 akibat serangan Taliban dan operasi militer yang ditujukan kepada gerilyawan.

Taliban, yang memerintah Afganistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara berada di Afganistan untuk membantu pemerintah kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Sekitar 521 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan Pemerintah Afganistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Menurut pihak militer, bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak rakitan) telah mengakibatkan korban di pihak pasukan asing di Afganistan sebesar 70-80 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com