Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Kikim Urung Kuliah

Kompas.com - 29/09/2011, 20:40 WIB

CIANJUR, KOMPAS.com - Yosi Nurmalasari (19) tak sanggup membendung tangisnya ketika penggali kubur mulai menutup liang kubur ibundanya, Kikim Komalasari di pemakaman, Kamis (29/9/2011).

Penantian tak menentu selama hampir setahun berakhir dengan linangan air mata. Menurut penuntut umum setempat, Kikim Komalasari dibunuh dengan sengaja oleh majikannya, Shaya' Said Ali Al Gahtani.

Tak cuma itu. Mayatnya dibuang di salah satu ruas jalan di Provinsi Abha, Arab Saudi, dan ditemukan pada 11 November 2010. Sejak itu pula, keluarga bersama Pemerintah RI mengupayakan pemulangan jenazah ibu tiga anak itu.

"Kami sekeluarga sudah cukup lega ibu bisa pulang, meski dalam kondisi berbeda," ujar Yosi yang berusaha tampak tegar. Yosi bersama dua adiknya, Galih Permadi (10) dan Muhammad Fikri Agustian (5) lebih dekat dengan sang ibu, karena ayahnya, Maman Nurjaman pulang ke rumah seminggu sekali setelah bekerja sebagai montir di sebuah bengkel di Sukabumi.

"Saya tidak ikut mengantar ibu ke Jakarta waktu mau berangkat ke Arab Saudi. Ibu berangkat ke Jakarta waktu saya sedang sekolah. Percakapan terakhir dengan ibu ya setibanya dia di Jakarta, mengabarkan kalau sudah sampai di perusahaan penyalur," kata Yosi.

"Ibu saat itu berpesan agar saya bersekolah dengan rajin, dan menjaga dua adik saya. Ibu juga sempat berjanji, sepulangnya dari Arab, dua tahun sejak keberangkatannya itu, mau membiayai saya kuliah," lanjut Yosi sambil memegangi foto ibundanya.

Yosi lulus dari SMA setahun lalu. Tapi kabar menggembirakan itu tak kunjung tiba, karena tidak sekalipun ibundanya menelpon keluarga. Yosi menduga ibunya dilarang majikannya menghubungi keluarga.

Gaji bulanannya pun tak pernah dikirimkan. Kabar yang datang justru berita duka. Pada suatu siang, paman Yosi datang ke rumah, setelah sebelumnya meminta ayah Yosi untuk pulang.

"Dia mengabarkan ibu meninggal dunia. Dia tahunya dari berita televisi. Kami awalnya belum percaya karena tidak disebutkan nama keluarnya. Setelah sudah ada nama keluarga, kami baru yakin kalau itu ibu," ucap Yosi.

Harapannya untuk berkuliah di ibu kota Kabupaten Cianjur pun menipis. Dalam setahun terakhir, sembari menunggu kepulangan jenazah ibunya, ia berperan sebagai ibu rumah tangga bagi kedua adiknya. Mereka memang tinggal bertiga di rumah berdinding tembok minim perabotan itu.

"Setelah berita soal meninggalnya ibu marak di televisi, ada pejabat dari Jakarta yang datang ke rumah. Mereka menjanjikan mau membiayai sekolah kami bertiga. Tetapi sampai sekarang janji itu belum ada kelanjutannya," keluh Yosi.

Kepala Desa Mekarwangi, Cecep Surahman meminta pemerintah untuk mengupayakan hukuman berupa pemafaan bersyarat pada para pelaku pembunuhan. Syarat tersebut berupa uang yang besarnya ditentukan ahli waris.

"Uang itu untuk membiayai pendidikan ketiga anak Kikim," kata Cecep yang mengaku sudah melayangkan tuntutan itu ke Pemerintah Arab Saudi melalui Kementerian Luar Negeri RI.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com