Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemakmuran Eropa Tinggal Bayangan

Kompas.com - 29/09/2011, 07:41 WIB

EKONOMI dunia kini memasuki masa berbahaya, kata ekonom kepala Dana Moneter Internasional Olivier Blanchard. Sebanyak 17 negara pengguna euro diperkirakan tahun ini mengalami pertumbuhan 1,6 persen, sedangkan tahun depan 1,1 persen.

Perkiraan ini tentu tidak menggembirakan sekitar 500 juta penduduk Uni Eropa yang sekarang beranggotakan 27 negara. Sebagian perkiraan itu hanyalah cermin ekonomi secara global, sedangkan arus masyarakat bawah kurang terungkap dalam angka-angka itu.

Bagaimana kondisi masyarakat Eropa sekarang, padahal sebagian besar masyarakat Eropa telah terbiasa hidup dalam kemakmuran setidaknya dalam dua dasawarsa ini. Kredit murah dan bunga sangat rendah menyebabkan kehidupan masyarakat di wilayah Uni Eropa bisa dikatakan serba berlebihan.

Fasilitas negara juga memberikan dukungan tidak sedikit terhadap kenikmatan ekonomi yang berlimpah ruah. Di Inggris, misalnya, tunjangan negara terhadap masyarakat lapisan miskin menyebabkan mereka juga ikut menikmati kue ekonomi yang berarti. Setiap anak mendapatkan tunjangan per minggu sehingga totalitas bisa ratusan poundsterling setiap bulan sebagai tambahan pemasukan sebuah keluarga. Demikian juga tunjangan kesehatan, pendidikan, dan ibu rumah tangga yang kerja paruh waktu.

Di negara lain, tunjangan serupa dengan berbagai skala juga dapat dinikmati. Bahkan, anggota baru Uni Eropa, seperti Polandia dan Romania, menikmati limpahan kemakmuran Eropa dengan mendapatkan dana tunjangan sosial dan pendidikan.

Masyarakat Eropa, termasuk kaum miskin, masih akan menderita beberapa tahun mendatang dibandingkan masa kemakmuran katakanlah satu dasawarsa lalu. Bahkan, kini program bantuan pangan bagi 13 juta warga Eropa miskin terhadang krisis ekonomi.

Sejumlah negara, seperti Inggris, Jerman, Belanda, Ceko, Denmark, dan Swedia, disebutkan tak lagi mengizinkan program yang berlaku sejak 1987 berlanjut. Perancis yang paling banyak menerima dana ini mengecam rekan sesama anggota blok 27 negara di Eropa ini. Dana bantuan orang miskin ini sudah akan dipangkas dari 480 euro menjadi 113,5 euro untuk tahun 2012 dan 2013.

Gaya hidup

Situasi yang stabil secara politik dan mapan secara ekonomi ini menyebabkan gaya hidup di Eropa mencerminkan masyarakat kaya. Kota-kota bersinar setelah malam, jalan-jalan yang mulus, dan beberapa bangunan besar yang megah. Semuanya seolah menunjukkan indikator keberhasilan negara kapitalis. Kue ekonomi yang besar dan kestabilan politik selama ini menyebabkan Eropa seperti kawasan impian bagi pebisnis dan sasaran ekspor, termasuk China.

Namun, perlahan situasi itu bisa berubah karena beberapa negara menghadapi kebangkrutan ekonomi.

Integrasi mata uang pada awal tahun 2001 diproyeksikan akan menguatkan ekonomi Eropa dalam berhadapan dengan kekuatan ekonomi baru, seperti China, India, dan Brasil. Dan sekitar tujuh tahun pertama tidak menjadi masalah bagi 17 pengguna euro dari 27 anggota Uni Eropa. Semuanya berjalan baik sampai ketika krisis keuangan Amerika 2008 mulai menggoyahkan fondasi ekonomi sebagian negara Eropa.

Dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi di Eropa rata-rata tahun ini yang tipis, bisa dikatakan terjadi kemandekan di benua ini. Komisioner Ekonomi Uni Eropa Olli Rhen mengatakan, pemulihan dari krisis keuangan akan lambat dan sulit. Sebagian perkiraan bahwa empat tahun ke depan masih akan sulit sebelum terjadi pertumbuhan ekonomi yang normal. Namun, semuanya akan sangat bergantung pada seberapa baiknya kinerja ekonomi Yunani.

Dua negara tahun ini yang tampil lebih baik adalah Jerman dengan pertumbuhan diperkirakan 2,9 persen dan Polandia 4 persen. Dua negara lain yang parah adalah Spanyol dengan angka pertumbuhan ekonomi 0,8 persen dan Italia 0,7 persen. Situasi ini semakin menguatkan bahwa masa berlimpah ruah sudah berlalu, pesta sudah usai. Kini saatnya mengencangkan ikat pinggang.

Namun, tidak semua senang dengan berbagai retorika yang dikemukakan ekonom, politisi, dan pebisnis di Eropa. Mereka berbicara mengenai penghematan, kenaikan pajak, serta kenaikan harga barang dan jasa. Bagi kebanyakan warga Eropa, inilah krisis paling berat di sektor ekonomi. Oleh karena itu, sekitar 20.000 pekerja—wakil kaum pekerja Eropa—melancarkan unjuk rasa di Polandia ketika berlangsung pertemuan para pemimpin Eropa pertengahan September. Mereka menentang program penghematan yang banyak dilakukan pemerintahan di Eropa. (Asep Setiawan, Kontributor Kompas di London)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com