Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taliban Klaim Kendalikan Haqqani

Kompas.com - 28/09/2011, 02:17 WIB

Kabul, Selasa - Pihak Taliban menolak semua tuduhan bahwa Taliban ataupun sekutu- sekutunya selama ini memiliki hubungan khusus dengan Pemerintah Pakistan. Taliban juga membantah mempunyai markas gerakan di wilayah Pakistan.

”Kami tak punya markas di Pakistan dan kami tak membutuhkan tempat tinggal di luar negara kami,” demikian bunyi pernyataan resmi dalam bahasa Inggris yang dimuat di laman Voice of Jihad, Selasa (27/9).

Dalam pernyataan, yang mengatasnamakan Emirat Islam Afganistan—nama lain rezim Taliban—mereka juga menegaskan bahwa jaringan Haqqani berada di bawah kendalinya. Pendiri jaringan itu, Jalaluddin Haqqani, disebut sebagai salah satu tokoh kunci dan dihormati di kalangan pemimpin Taliban.

Pernyataan ini mementahkan tuduhan para pejabat AS pekan lalu bahwa jaringan Haqqani memiliki hubungan dengan Inter- Services Intelligence (ISI) atau dinas rahasia Pakistan. AS menyebut jaringan tersebut berada di balik beberapa serangan paling mematikan terhadap pasukan AS di Afganistan, termasuk serangan ke Kedutaan Besar AS di Kabul, 13 September, yang menewaskan 14 orang, dan serangan terhadap pangkalan NATO di Afganistan pada 11 September.

Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata AS Laksamana Mike Mullen bahkan terang-terangan menyebut ISI membantu serangan-serangan itu, termasuk serangan terhadap Hotel InterContinental Kabul, Juni lalu.

AS pun mengultimatum Pakistan bahwa apabila negara itu tidak segera menindak dan memberantas jaringan Haqqani, yang disebut bermarkas di Waziristan Utara, Pakistan, maka AS akan mengambil tindakan sepihak.

Memicu kemarahan

Tuduhan dan ultimatum AS itu membuat para pejabat pemerintahan dan rakyat Pakistan marah. Tak kurang dari Duta Besar Pakistan di Jakarta merasa perlu untuk membuat pernyataan keras guna membantah tuduhan AS tersebut.

Tuduhan ini juga menambah sentimen anti-AS di kalangan masyarakat Pakistan. Shaukat Ali Achakzai, pengusaha di kota Quetta, Pakistan barat daya, menganggap pernyataan AS itu sebagai upaya untuk menutupi kegagalan AS di Afganistan.

”Tuduhan yang mereka buat terhadap Pakistan itu pada dasarnya adalah upaya untuk menipu rakyat mereka sendiri. Pemerintah Pakistan harus benar- benar melawan dengan tegas tuduhan ini dan rakyat Pakistan akan mendukung,” ujar Achakzai.

Hamza Khan, seorang bankir, mengatakan, AS tidak tahu berterima kasih atas pengorbanan ribuan prajurit Pakistan, yang tewas dalam perang melawan terorisme.

”Amerika lupa dengan fakta bahwa Pakistan adalah pihak paling menderita dalam perang ini. Menuduh Pakistan menyokong jaringan Haqqani tanpa bukti- bukti kuat tidak memberi (AS) hak untuk mengancam atau menyerang Pakistan secara sepihak,” ujar Khan.

Rakyat Pakistan juga mengingatkan AS bahwa Jalaluddin Haqqani adalah salah satu teman terdekat AS di masa lalu. Jalaluddin adalah salah satu panglima pejuang Mujahidin yang mendapat dukungan penuh AS dalam perang melawan pasukan pendudukan Uni Soviet di Afganistan pada 1980-an.

Jalaluddin bahkan pernah berkunjung ke Gedung Putih pada masa pemerintahan Presiden Ronald Reagan. Senator Maulana Muhammad Saleh Shah Qureshi dari Pakistan mengatakan, para pemimpin kelompok-kelompok pejuang ini, seperti Jalaluddin Haqqani, Gulbuddin Hekmatyar, dan Osama bin Laden, pernah pergi ke AS untuk menerima berbagai saran dan mendapat dukungan penuh AS dalam hal pembiayaan dan persenjataan.

Dalam pernyataannya, Taliban menyarankan agar pemerintah dan rakyat Pakistan berhati-hati dalam menghadapi ”politik AS yang keras kepala dan bermuka dua”.

Hubungan Pakistan dan AS memburuk sejak pasukan AS melancarkan operasi militer sepihak, yang menewaskan pemimpin Al Qaeda di kota Abbottabad, Pakistan, 2 Mei.(AFP/Reuters/AP/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com