KOMPAS.com - Sulawesi Utara sempat terkenal dengan Bunaken sebagai destinasi wisata utamanya. Namun, beragam isu tentang Bunaken, di antaranya soal sampah dan semakin banyaknya jumlah spesies hewan laut yang sulit ditemui, pesona Bunaken mulai redup, kalah dengan Wakatobi, Raja Ampat, Alor dan tempat wisata bahari lainnya
Bagaimana nasib Sulawesi Utara tanpa Bunaken nantinya? Wakil Gubernur Sulawesi Utara, Djouhari Kansil, saat ditemui dalam acara "Celebrate The Sea" di Hotel Peninsula Manado, Sabtu (24/9/2011) yang lalu mengatakan, Sulawesi Utara kini berupaya mengembangkan destinasi wisata agar dapat bersaing dengan berbagai daerah dalam menarik wisatawan.
"Nantinya tidak hanya Bunaken yang kita promosikan, yang lain juga. Ada Lembeh, Likupan, itu juga bagus sekali. Nanti juga daerah kepulauan dan taman laut, ada Pulau Mahoro dan Pantai Putihnya juga. Jangan lupa juga ada Minahasa dengan Danau Tondano. Jadi ke depan tidak hanya wisata maritim saja," kata Djouhari.
Selain objek wisata, Sulawesi Utara juga akan lebih menjual wisata kuliner. Misalnya seafood yang dikenal segar karena langsung diperoleh dari nelayan tanpa pengawetan. Ada juga spesies Tarsius yang bia dijumpai di Bitung, yang akan dijadikan sebagai salah satu ikon pariwisata Sulawesi Utara.
Langkah promosinya adalah menggunakan event-event yang diadakan di dalam dan luar negeri. Sebagai contoh, Dinas Pariwisata Provinsi setempat dan pemerintah daerah mengikuti acara yang diselenggarakan di Jerman dan Belanda beberapa waktu lalu khusus untuk mempromosikan pariwisata. "Nanti kita akan promosikan lagi di acara di Inggris," kata Djouhari.
Sementara, untuk melestarikan kawasan Bunaken, Djouhari mengatakan bahwa pemerintah daerah sebenarnya sudah melakukan banyak langkah. Di antaranya pembersihan sampah secara terus-menerus yang melibatkan anggota pemerintahan dan masyarakat lokal.
Dengan berbagai langkah tersebut, harapannya Sulawesi Utara tak akan kehilangan wisatawan. Saat ini, jumlah wisatawan mancanegara rata-rata yang berkunjung ke Sulawesi Utara per tahunnya adalah 11.700 orang. Dengan langkah promosi dan pengembangan destinasi wisata, jumlahnya diharapkan mencapai 20.000 orang di tahun depan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.