Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Intimidasi China Bawa Berkah bagi Vietnam

Kompas.com - 27/09/2011, 07:50 WIB

HO CHI MINH CITY, KOMPAS.com — Arogansi China terhadap negara-negara tetangganya dalam sengketa Laut China Selatan seolah memberi ”berkah tersembunyi”, terutama bagi Vietnam. Selama ini negeri itu terpecah, tetapi kini bersatu atas nama semangat nasionalisme melawan China.

Fenomena itu, menurut Nguyen Xuan Dien, salah seorang akademisi asal Hanoi yang juga aktivis anti-China, Senin (26/9), terjadi dan terus menguat, terutama di tingkat akar rumput.

Menurut Dien, sejak Juli lalu, dia melihat para pengunjuk rasa di Hanoi tak ragu memampangkan nama-nama prajurit asal Vietnam Selatan yang tewas melawan China pada tahun 1974.

”Ketika itu, 74 prajurit Vietnam Selatan tewas dalam pertempuran di Kepulauan Paracel. Saya rasa penghormatan seperti itu adalah yang pertama kali diperlihatkan secara terang- terangan,” ujar Dien.

Sementara itu, menurut Le Hieu Dang (67), bentuk penghormatan serupa seharusnya juga sejak lama diperlihatkan pemerintah secara resmi. Dang adalah mantan intelijen Vietnam Selatan yang sekarang bekerja di sebuah lembaga swadaya masyarakat.

Pernyataan gembira lainnya juga diungkapkan para veteran Angkatan Laut Vietnam Selatan, yang berperang di Kepulauan Paracel ketika itu.

Menurut para veteran itu, pengakuan tersebut adalah sebuah sinyal yang sangat positif. Hal itu karena ke-74 prajurit yang tewas terbunuh saat berjuang mempertahankan Vietnam dan bukan melindungi rezim Saigon (Vietnam Selatan) ketika itu.

Empat dekade telah berlalu pasca-perang Vietnam yang memecah negeri itu menjadi dua bagian. Vietnam utara berpihak kepada komunis dan Vietnam selatan yang pro-agresor Amerika Serikat.

Pascaperang, isu rekonsiliasi masih terus menjadi kendala. Stigmatisasi terutama dihadapi dan dirasakan oleh mereka yang berasal dan dahulu mendukung Vietnam Selatan.

Setelah AS hengkang dari negeri itu, tidak sedikit warga Vietnam Selatan yang melarikan diri ke luar negeri mencari suaka dan perlindungan lantaran khawatir ”balas dendam”. Beruntung, belakangan ini kemarahan terhadap Beijing mengubah persepsi itu. Nasionalisme mulai terbentuk walau masih sebatas di tingkat akar rumput.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com