Jakarta, Kompas
Demikian inti pembicaraan antara Duta Besar Korea Utara (Korut) untuk RI Jong Ryul dan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Taufik Kiemas di Jakarta, Selasa (20/9). Pertemuan tertutup itu berlangsung sekitar satu jam di ruang kerja Taufik di kompleks MPR/DPR- RI, Senayan, Jakarta.
Begitu pertemuan selesai, Jong enggan memberikan keterangan kepada wartawan dengan alasan ada jadwal pertemuan lain. Alhasil, keterangan mengenai pertemuan itu disampaikan oleh Taufik.
”Kami membicarakan soal perdamaian di Korea, antara Korea Selatan dan Korea Utara,” ungkap Taufik.
Menurut Taufik, baik Korea Selatan (Korsel) maupun Korut sebenarnya menginginkan perdamaian jauh di lubuk hati yang terdalam. Namun, pihak Korut menginginkan proses perdamaian dan reunifikasi Korea berjalan independen tanpa campur tangan kekuatan-kekuatan besar di dunia. ”Dalam mengusahakan perdamaian ini, (kondisi) psikopolitik Korut harus dipahami,” tutur Taufik.
Dalam konteks ini, Indonesia dipandang sebagai kekuatan berpengaruh di kawasan yang masih bisa bersikap independen. Itu sebabnya, lanjut Taufik, Indonesia sangat serius dalam membantu proses perdamaian Korea.
Politisi senior dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) itu menambahkan, Indonesia bahkan telah menempuh dua jalur, yakni formal dan informal, untuk mendorong proses perdamaian di Semenanjung Korea. Jalur formal ditempuh melalui saluran diplomatik resmi yang menjadi tanggung jawab Kementerian Luar Negeri, sementara jalur informal ditempuh dengan keterlibatan tokoh politik senior Indonesia.
Pekan lalu, mantan Presiden Megawati Soekarnoputri berkunjung ke Korut dan menemui tokoh-tokoh penting di negara itu sebagai bentuk peran aktif Indonesia membantu perdamaian Korea melalui jalur informal. ”Presiden menyetujui langkah Mbak Mega itu. Sebelum berangkat, Mbak Mega sudah memberi tahu Pak Marty (Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa). Jadi, semua berjalan sama-sama,” tutur suami Megawati ini.