Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puluhan Ribu Berdemo Tolak Tenaga Nuklir

Kompas.com - 21/09/2011, 02:39 WIB

Tokyo, Selasa - Dengan menyerukan ”Sayonara tenaga nuklir” sambil melambai-lambaikan spanduk, puluhan ribu orang berdemonstrasi di pusat kota Tokyo untuk mengimbau Pemerintah Jepang agar meninggalkan energi atom setelah kecelakaan nuklir Fukushima.

Demonstrasi pada hari Senin (19/9) itu menegaskan betapa besarnya pengaruh krisis 11 Maret 2011 itu kepada publik Jepang yang sejak lama terbiasa dengan tenaga nuklir. Pada 11 Maret itu tsunami menyebabkan lelehnya inti di tiga reaktor di kompleks PLTN Fukushima Daiichi.

Bencana itu—kecelakaan nuklir terburuk sejak Chernobyl— membuat radiasi di sebagian wilayah Jepang timur laut, menyebabkan evakuasi 100.000 orang yang tinggal dekat PLTN itu, dan menimbulkan ketakutan kontaminasi di segala sesuatu dari buah dan sayuran sampai ikan dan air.

”Radiasi menakutkan,” kata Nami Noji, ibu berusia 43 tahun yang turut berdemonstrasi pada hari libur nasional itu bersama empat anaknya yang berusia antara 8 dan 14 tahun. ”Ada banyak ketidakpastian mengenai keamanan pangan, dan saya ingin masa depan yang aman bagi anak-anak saya.”

Polisi memperkirakan ada 20.000 pendemo, sedangkan panitia mengatakan tiga kali itu.

Selain ketakutan akan radiasi, publik dan dunia korporasi Jepang juga menghadapi kekurangan listrik dan panas terik musim panas setelah lebih dari 30 dari 54 reaktor nuklir Jepang tak berfungsi selama musim panas untuk menjalani pemeriksaan.

Energi alternatif

Perdana Menteri Yoshihiko Noda, yang dilantik bulan ini, mengatakan, Jepang akan menjalankan kembali reaktor yang telah lulus pemeriksaan keamanan. Namun, dia juga mengatakan, negara itu harus mengurangi ketergantungan pada energi atom untuk jangka panjang dan menyelidiki sumber energi alternatif.

Sebelum bencana itu, Jepang mendapat 30 persen listrik dari tenaga nuklir. Namun, Jepang juga negara yang miskin sumber daya sehingga membutuhkan proses yang sulit dan makan waktu untuk mendapatkan energi alternatif.

Mari Joh, perempuan berusia 64 tahun yang bepergian dari kota Hitachi untuk mengumpulkan tanda tangan untuk sebuah petisi penutupan PLTN Tokai Daini, tak jauh dari rumahnya, mengakui, pergeseran sumber energi negara itu bisa makan waktu 20 tahun.

”Namun, kalau pemerintah tak bertindak sekarang untuk menetapkan arah baru, kita akan melanjutkan status quo,” katanya. ”Saya ingin menggunakan energi alam, seperti surya, angin, dan biomassa.” (AP/DI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com