Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Abbas: Tekanan Dunia Begitu Berat

Kompas.com - 20/09/2011, 01:41 WIB

New York, Senin  - Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan, tekanan dunia internasional begitu berat. Ini terkait dengan upaya Palestina mendapatkan pengakuan sebagai negara merdeka lewat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pekan ini. Namun, ia mengatakan siap menghadapi berbagai konsekuensi dan segala kemungkinan atas upaya memperjuangkan Palestina menjadi sebuah negara merdeka dan berdaulat.

Hal itu disampaikan Abbas kepada wartawan, Senin (19/9) di New York, Amerika Serikat (AS). Menurut Abbas, AS dan pemerintah negara-negara Eropa pernah memperingatkan bahwa upaya Palestina itu bisa berakibat buruk.

”Baik AS maupun Israel ingin membatasi proses perdamaian. Namun, kami telah memutuskan untuk mengambil langkah ini,” ujar Abbas seraya mengingatkan keadaan sulit atas upaya itu.

Langkah Palestina dipastikan menghadapi ganjalan dari AS yang punya hak veto. Kementerian Luar Negeri Israel juga mengancam, upaya Palestina itu bakal memicu ketegangan. Namun, Abbas menegaskan, ia tetap maju ke DK PBB serta menyalahkan Israel sebagai penyebab utama kebuntuan.

”Upaya kami akan fokus kepada permintaan agar Palestina mendapatkan hak keanggotaan PBB. Kami tidak akan mendiskusikan ide lain. Kami putuskan pergi ke PBB karena semua negosiasi, baik langsung maupun tidak, selalu gagal karena sikap keras kepala Israel,” tutur Abbas.

Kongres AS, dari Partai Republik dan Demokrat, juga mengancam Abbas bahwa Palestina akan kehilangan bantuan AS. ”Bantuan untuk Palestina akan terganggu jika Anda mengabaikan perundingan langsung,” kata Kay Granger, anggota DPR AS dari Partai Republik, Texas. Kongres AS meminta Palestina-Israel mengutamakan perundingan sebelum Palestina maju ke PBB.

Sikap Indonesia

Dari dalam negeri muncul pernyataan dan komitmen Pemerintah Indonesia untuk mendukung Palestina. Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan, Indonesia berada di garda terdepan untuk memperjuangkan kemerdekaan dan masuknya Palestina menjadi anggota PBB. Marty juga menyatakan, Indonesia bahkan telah mengakui kemerdekaan Palestina pada tahun 1988.

Namun, para pengamat mengatakan, dukungan Indonesia itu masih harus ditindaklanjuti. ”Dukungan Indonesia masih harus dikonkretkan. Indonesia harus berjuang dengan cara-cara taktis, misalnya melobi negara lain yang juga punya hak veto,” ujar Ikrar Nusa Bhakti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Dalam konteks itu, China dan Rusia dinilai memegang peran penting dan sangat strategis untuk didekati oleh Indonesia. Ini penting untuk mengimbangi AS, yang punya hak veto, tetapi lebih berpihak kepada Israel. China sekarang ”naik daun” dengan posisi sebagai kekuatan ekonomi baru di dunia. China bahkan mampu memaksa AS membatalkan penjualan senjata ke Taiwan.

Wakil Ketua Komisi I dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, TB Hasanuddin, meminta pemerintah mencari dukungan dari banyak pihak dengan memanfaatkan posisi Indonesia dalam kancah pergaulan dunia. ”Jangan takut atau risi. Tunjukkan bahwa Indonesia berpedoman pada konstitusi dan prinsip dasar hubungan luar negeri, didasarkan pada fondasi yang bebas dan aktif,” kata Hasanuddin. (BBC/AFP/DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com