Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Begundal Karawang di Rawagede

Kompas.com - 18/09/2011, 13:20 WIB

Karena ulahnya itu, Kapten Lukas juga sempat ditembak dari jarak kira-kira 25 meter oleh Letnan Sarif, anak buahnya. Sarif awalnya tidak menyadari bahwa sosok yang ditembaknya itu komandannya sendiri. Untunglah tembakan itu tak mengenai sasaran.

Suatu saat seusai melawan tentara Belanda di wilayah Pabuaran, Pamanukan, Subang, hingga ke Cikampek, Kapten Lukas meloloskan diri dengan jalan kaki menuju Rawagede. "Dia masuk Rawagede hari Senin, jam 07.00 pagi, tanggal 8 Desember 1947," tutur Sutarman.

Keberadaan Kapten Lukas di Rawagede akhirnya tercium oleh tentara Belanda. Dia kemudian menghimpun tentara BKR di Rawagede. Dia berembuk dengan para laskar hingga siang untuk merencanakan penyerangan ke wilayah Cililitan, Jakarta.

Sekitar pukul 15.00, Kapten Lukas beserta pasukannya sudah keluar dari Rawagede dan berangkat dengan berjalan kaki. Sekitar pukul 16.00, turun perintah pimpinan pasukan Belanda bahwa Rawagede harus dibumihanguskan. Kira-kira tengah malam, tentara Belanda sudah tiba di Stasiun Pataruman, Desa Kalangsari, yang bersebelahan dengan Kampung Rawagede. Selang sekitar setengah jam, sebanyak 300 tentara Belanda yang dipimpin Mayor Alphons Wijnen mulai memasuki Kampung Rawagede.

"Mereka datang ke sini untuk mencari Kapten Lukas Sutaryo. Meskipun tahu Kapten Lukas sudah meninggalkan Rawagede sejak sore, warga tetap memilih bungkam. Inilah yang menjadi salah satu penyebab pembantaian," tutur Sukarman.

Menurut Sukarman, semua laki-laki di atas usia 14 tahun dikumpulkan. Tanpa ampun, tentara Belanda menembakinya. Hari itu, Selasa, 9 Desember 1947, sebanyak 431 pria Kampung Rawagede tewas di ujung peluru. Penembakan oleh tentara Belanda berlangsung sejak pukul 04.00 hingga pukul 16.00.

Kapten Lukas sendiri tidak mengetahui terjadi pembantaian di Rawagede. Kapten Lukas, kata Sukarman, berkali-kali memohon maaf kepada warga karena kedatangannya di Rawagede telah memicu terjadinya pembantaian itu.

"Tapi warga tidak menaruh dendam. Beliau datang saat monumen pembantaian Rawagede diresmikan tahun 1995 dan meninggal 8 Januari 1997 dengan pangkat Mayor Jenderal," ujar Sukarman. (chi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com